Kanjeng Jimat, Bupati Pertama dan Pahlawan Rakyat Trenggalek Melawan Belanda

INDONESIAONLINE-Masyarakat Kabupaten Trenggalek Jawa Timur akan selalu mengenang Kanjeng Jimat sebagai pahlawan rakyat. Ya, di Bumi Menak Sopal, sepak terjang Kanjeng Jimat bukan hanya sejarah bahwa dia adalah Bupati pertama di daerah itu. Sebagai pemimpin Trenggalek di masa pasca Perang Diponegoro, Kanjeng jimat dikenal gigih membela hak-hak rakyat dari penindasan penjajah Belanda. Perjuangan ini membuat namanya semerbak harum hingga hari ini bahkan mungkin sepanjang masa.

Ya, bagi masyarakat Trenggalek, perjuangan Kanjeng Jimat begitu melegenda dan menjadi dongeng yang diceritakan turun temurun. Kanjeng Jimat dicatat sebagai pahlawan oleh masyarakat Trenggalek karena heroisme perjuangannya membela petani di zaman penjajahan Belanda.

Merujuk catatan sejarah, Kanjeng Jimat yang bergelar Raden Mangun Negoro adalah Bupati pertama di Trenggalek. Kanjeng Jimat memimpin Trenggalek 200 tahun setelah Menak Sopal, bapak pertanian Trenggalek, yang membabat rawa-rawa menjadi permukiman sehingga bisa ditempati masyarakat Trenggalek.

Sebagai pemimpin, Kanjeng Jimat sangat memikirkan kepentingan rakyat. Dia berjuang karena tidak rela rakyatnya ditindas oleh kompeni Belanda. Kala itu setelah Perang Jawa selesai, Belanda menjadi penyewa tanah di Trenggalek dan mereka bertindak sewenang-wenang kepada rakyat disana.

Bahkan kala itu, Belanda juga sempat ingin menghapus daerah Trenggalek. Melihat rencana Belanda itu, Bupati Kalangbret Raden Mangun Dirono (Ayah Kanjeng Jimat) mendesak puteranya yakni Raden Mangun Negoro untuk mempertahankan Trenggalek. Upaya ini berhasil dan R Mangunnegoro II kemudian menjadi bupati di daerah itu.

Keberanian Raden Mangun Negoro dalam melawan penindasan kompeni ini membuatnya mendapat gelar lain yakni Kanjeng Jimat. Gelar ini disematkan karena selain berani menantang penjajah, Raden Mangun Negoro juga dikenal memiliki kesaktian dan ilmu kanuragan yang tidak dimiliki banyak orang. Menurut tutur leluhur, Belanda kewalahan menghadapi Raden Mangun  Negoro yang kebal senjata api dan cakap dalam tata pemerintahan.

Baca Juga  Sejarah Munculnya Air Zamzam, Air Suci yang Sumbernya Tak Pernah Kering 

Sejarawan Ferry Riyandika mengatakan, banyak tokoh di tanah Jawa yang mendapatkan julukan Kanjeng Jimat. Julukan ini disematkan bagi tokoh atau pemimpin yang memiliki linuwih (kelebihan). Linuwih itu bisa berupa kekuatan, kesaktian atau kelebihan-kelebihan lain yang tidak dimiliki banyak orang.

“Jelasnya Kanjeng Jimat itu julukan untuk orang yang memiliki linuwih. Bisa itu kekuatan, kesaktian dan kelebihan kelebihan yang tidak sembarang orang punya. Di Blitar juga ada tokoh yang dijuluki Kanjeng Jimat, Nganjuk juga ada, Pacitan juga ada. Kanjeng Jimat orang yang punya jasa dan pengaruh besar untuk peradaban yang dipimpinya. Tokoh dengan julukan Kanjeng Jimat ini identik dengan nama besar, berkharisma dan kiprahnya melegenda, pemimpin yang memiliki kelebihan,” kata Ferry.

Berdasar garis keturunan ini, Bupati Raden Mangun Negoro memiliki keturunan yang kemudian menjabat Bupati Trenggalek selanjutnya. Bahkan ada keturunannya yang menjadi Bupati Nganjuk (R Sosro Kusumo), Tulungagung (R Purbo Widjojo)hingga Ponorogo. Jika ditarik ke atas, Kanjeng Jimat Trenggalek atau Raden Mangun Negoro adalah putro wayah kelima dari Raja Mataram Sri Susuhunan Pakubuwono I. Dari garis silsilah ini ada putro wayah satu garis keturunan dengan Raden Mangun Negoro yang menjadi Bupati Mojokerto (RA Tjondro Kusumo) dan Bupati Sidoarjo (RM Tjondro Negoro).

Baca Juga  Sejarah Dawet, Minuman yang Disebutkan dalam Lagu Diminum Joko Tingkir

Bupati Raden Mangun Negoro meninggal dunia pada 1842. Salah satu kiprahnya yang tidak dilupakan adalah perananya saat menyembunyikan putra Pangeran Diponegoro ketika sang pangeran dan keluarganya dikejar pasukan Belanda dalam Perang Jawa.

Dalam cerita disebutkan, dari peristiwa ini Bupati Raden Mangun Negoro kemudian mengambil putera Pangeran Diponegoro sebagai menantu. Di kemudian hari, garis keturunan ini kemudian melahirkan bupati-bupati Trenggalek selanjutnya.

Makam Kanjeng Jimat sendiri saat ini menjadi wisata religi dan spiritual di Kabupaten Trenggalek. Makan Margohayu, astana tempat jasad Kanjeng Jimat disemayamkan berada di Desa Ngulon Kulon, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Lokasi makam ini berada di perbukitan yang cukup tinggi, letaknya berada diatas bukit dengan ketinggian sekitar 80 meter. Keberadaan makam ini sudah terkenal hampir di seluruh Indonesia. Banyak pejabat negara dan bangsawan Keraton dari Surakarta dan Yogyakarta yang ziarah ke tempat ini.

Untuk menuju lokasi makam, peziarah harus menaiki ratusan anak tangga dengan sudut kemiringan sekitar 50-60 derajat. selain makam Bupati Mangunnegoro II dan dua istrinya yang dipercaya salah satunya merupakan wanita Belanda, di dalam kompleks cungkup makam juga ada peristirahaatan terakhir Bupati Trenggalek selanjutnya yang juga putera dari Kanjeng Jimat, yakni Bupati Raden Mangun Dirdjo.