INDONESIAONLINE – Kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang mempunyai program-program strategis. Salah satunya adalah program penanggulangan sampah organik di masyarakat.

Dalam program kerjanya, dua Kelompok KKM UIN Malang, yakni Kelompok 78 dan Kelompok 79, menyosialisasikan penanganan sampah organik dengan budidaya maggot beberapa waktu lalu. Hal ini dilatarbelakangi banyaknya sampah organik yang tidak dilakukan pengelolaan dengan benar.

Sehingga, dua kelompok KKM UIN Malang di Desa Tunjung Tirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tersebut berinisiatif mengadakan sosialisasi budidaya Maggot BSF untuk mengolah sampah organik.

Seperti diketahui, Maggot atau disebut lalat Black Soldier Fly (BSF) ini, merupakan lalat yang mampu menguraikan sampah organik lebih cepat dibandingkan dengan hewan lainnya.

Baca Juga  Wali Kota Kediri Ajak Wisudawan dan Wisudawati Universitas Kadiri Lebih Adaptif di Era Disrupsi

Berkolaborasi dengan pengusaha sentra budi daya Got Maggot Malang, Dwiki Muhammad, kelompok KKM UIN Maliki Malang memberikan pengetahuan dan pemahaman agar masyarakat dapat memanfaatkan lalat BSF.

Dwiki Muhammad menjelaskan, selain dapat mengurangi sampah organik, dimana Maggot mengkonsumsi sumber organik dari sampah organik, sisa sampah kemudian juga dapat dimanfaatkan pakan bagi ternak lain, seperti ikan atau unggas.

Bukan hanya itu saja, sisa limbahnya pun masih dapat digunakan sebagai pupuk atau kompos untuk tanaman. Sehingga, dalam pengolahan sampah benar-benar optimal.

“Pengomposan sampah menggunakan Maggot, salah satu strategi dan inovasi sistem pengolahan sampah, mengurai sampah organik, mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPS dan sisa sampah yang dihasilkan dapat dijadikan kompos,” jelasnya.

Baca Juga  Unikama Edukasi Mahasiswa Perihal Kesadaran Multikultural, Seperti Apa?

Untuk itulah, diharapkan, adanya sosialisasi ini semakin membuat masyarakat kian antusias dalam pengelolaan sampah organik. Sebab, selain dapat mengurangi sampah organik, kembali lagi dijelaskan, jika sisa olahan sampah organik dapat menjadi pakan ternak atau pupuk kompos.

“Selain lingkungan semakin terjaga kelestariannya, melalui pengenalan budidaya ini, perekonomian Desa Tunjung Tirto juga dapat meningkat,” pungkasnya.

Sementara itu, dalam sosialisasi itu, disambut antusias masyarakat maupun pemerintah desa setempat. Dalam sosialisasi juga dihadiri pengelola TPS Desa Tunjung Tirto sebagai pihak yang bersinggungan langsung dengan pengelolaan sampah mengikuti gelaran acara tersebut. (as/hel)