Beranda

Kota Batu Dihantui Wabah Ganda: DBD dan Chikungunya

Kota Batu Dihantui Wabah Ganda: DBD dan Chikungunya
Ilustrasi penyakit DBD dan Chikungunya yang jangkiti warga Kota Batu (Ist)

INDONESIAONLINE – Cuaca ekstrem yang melanda Kota Batu, Jawa Timur (Jatim) sejak awal tahun membawa dampak buruk tak hanya bagi pariwisata, tetapi juga kesehatan masyarakat. Hujan deras yang datang silih berganti menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, sang biang keladi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya. Kabar buruknya, puluhan warga Kota Batu kini harus bergelut dengan penyakit mematikan ini.

Data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu mencatat, hingga 23 Februari 2025 setidaknya 23 kasus DBD telah terkonfirmasi, tersebar di berbagai wilayah yang ironisnya sudah menjadi langganan wabah DBD di tahun sebelumnya.

“Ini lampu merah bagi kita semua,” tegas dr. Susana Indahwati, Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, Minggu (23/2/2025).

“Kondisi lingkungan yang buruk dan kurangnya kesadaran masyarakat menjadi faktor utama melonjaknya kasus ini, diperparah dengan cuaca yang tidak menentu,” imbuhnya.

Ironisnya, DBD bukan satu-satunya momok kesehatan yang menghantui warga Batu. Di tengah upaya penanggulangan DBD, Dinkes juga dikejutkan dengan kemunculan 8 kasus Chikungunya di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji.

Penyakit yang juga ditularkan oleh nyamuk yang sama ini, membuat warga semakin waspada. Gejala nyeri sendi yang menyiksa menjadi ciri khas Chikungunya, menambah penderitaan warga yang sudah khawatir dengan DBD.

Perang Melawan Nyamuk Dimulai dari Rumah

Dinkes Kota Batu kini bergerak cepat. Puskesmas-puskesmas disiagakan, penyuluhan gencar dilakukan, baik di lapangan maupun melalui media sosial. Namun, upaya pemerintah saja tidak cukup. dr. Susana menekankan bahwa kunci utama pencegahan DBD dan Chikungunya terletak pada peran aktif masyarakat.

“DBD dan Chikungunya ini sangat erat kaitannya dengan lingkungan kita,” jelas dr. Susana. “Musim hujan ini seperti karpet merah bagi nyamuk untuk berkembang biak. Kita harus putus rantai perkembangbiakan mereka, mulai dari rumah kita sendiri,” lanjutnya.

Imbauan pun dilontarkan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) harus menjadi gerakan bersama. Warga diminta untuk rutin memeriksa dan membersihkan tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah, baik di dalam maupun luar ruangan. Bak mandi, vas bunga, talang air, hingga barang bekas yang menampung air, semua harus diperiksa dan dibersihkan dari jentik nyamuk.

Dinkes Kota Batu juga menyediakan Abate, bubuk pembasmi jentik nyamuk yang bisa didapatkan secara gratis di Puskesmas atau kantor desa/kelurahan terdekat. Selain itu, menjaga daya tahan tubuh juga menjadi benteng penting. Konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, dan kelola stres adalah kunci agar tubuh tidak mudah tumbang di tengah ancaman penyakit.

dr. Susana mengingatkan, demam lebih dari 3 hari bukan gejala biasa. Jika mengalami demam, apalagi disertai nyeri sendi, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

Jangan menunda, karena penanganan dini bisa mencegah komplikasi yang lebih parah. “Jika ada tetangga atau warga sekitar yang mengalami gejala serupa dan ditemukan jentik nyamuk di lingkungan, segera laporkan ke Puskesmas,” tambahnya (pl/dnv).

Exit mobile version