Beranda

Makna Skena: Tren Subkultur di Media Sosial Indonesia

Makna Skena: Tren Subkultur di Media Sosial Indonesia

Skena adalah istilah yang belakangan ini sering muncul di media sosial dan menjadi topik pembicaraan yang hangat. Tidak mengherankan jika kata ini menjadi salah satu yang paling banyak dicari di mesin pencarian Google.

Meskipun skena tidak terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata ini semakin populer di berbagai platform digital. Secara tidak resmi, skena adalah padanan dari kata bahasa Inggris “scene.” Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan komunitas seni atau budaya yang berkembang di luar arus utama.

Asal-usul skena dapat ditelusuri ke sekitar tahun 1940-an. Dalam bahasa gaul, kata ini merupakan singkatan dari Sua, cengKErama, dan kelaNA, yang mencerminkan semangat khas komunitas tersebut.

Skena memiliki arti yang berbeda-beda tergantung pada konteks penggunaannya. Secara umum, skena menggambarkan sebuah kelompok orang yang berkumpul untuk berbicara, bercanda, dan menjalani perjalanan tanpa tujuan yang jelas. Namun, di platform media sosial seperti TikTok, makna skena sedikit berbeda.

Di TikTok, skena merujuk pada individu yang memiliki gaya pakaian khas dan ketertarikan terhadap musik underground. Mereka sering kali tampil dengan kaos oversize yang bertuliskan kata-kata bijak atau logo, serta sepatu docmart yang dihiasi berbagai stiker.

Meskipun skena sering kali mendapat konotasi negatif di media sosial, dalam konteks yang lebih luas, istilah ini sebenarnya tidak selalu merujuk pada hal-hal buruk. Setiap skena atau komunitas memiliki potensi untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman anggotanya.

Tren penggunaan kata skena menunjukkan adanya minat yang terus berkembang terhadap subkultur dan keberagaman dalam komunitas online di Indonesia. Hal ini mencerminkan dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial di era digital.

Exit mobile version