Melihat Kampung Muslim di Papua Barat, Wanitanya Wajib Pakai Hijab

INDONESIAONLINE – Papua dikenal sebagai wilayah yang minoritas muslim. Namun siapa sangka, di Papua ada perkampungan muslim. Bahkan perempuan di kampung itu tidak ada yang tidak berjilbab.

Kampung tersebut berada di Distrik Kamundan, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Lantas seperti apakah kampung muslim di Papua tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.

Dilansir dari akun Tiktok @papuamuslim, terlihat suasana kampung yang asri dan indah di kampung tersebut. Pemandangan di kampung itu juga sangat islami.

Dalam video tersebut terlihat para wanita di kampung tersebut memakai hijab. Jilbab yang dikenakan para muslimah Kumandan membuat mereka tampak anggun. Tampak mereka mengenakan jilbab besar, ada yang sampai ke pinggang.

Mereka juga sangat ramah, senyum sumringah merekah saat berpapasan dengan masyarakat yamg lain. Ucapan salam dijawab serempak diiringi sambutan hangat.

Diketahui bahwa penduduk di kampung muslim tersebut sudah menjadi muslim sejak leluhur mereka. Meski sudah muslim sejak dulu, namun tak serta-merta menerapkan syariat Islam 100 persen.

Dalam video itu pengunggah video bersama dengan seorang pria yang bernama Wardi. Ia menceritakan perjuangan dari Da’i yang mengajar di kampung tersebut.

Baca Juga  Pohon Pisang Terbesar di Dunia Ini Hanya Tumbuh di Papua

Menurut Wardi, geliat muslimah mengenakan hijab berkat seorang Da’i yang datang ke distrik itu pada 2006 silam. Da’i tersebut sabar berdakwah di Kamundan selama 4 tahun. Namun, dakwah sang Da’i itu membuahkan hasil. Ibu-ibu dan remaja putri sudah terbiasa mengenakan jilbab. Mereka tak terikat aturan, namun berasal dari kesadaran masing-masing.

“Mayoritas muslim. Ini sudah lama. Ada seorang Da’i dari Kesultanan Tidore, berkat Da’i dari Kesultanan Tidore. Kita lihat sendiri, masyarakat di sini wajib mengenakan jilbab,” kata Wardi Nabi.

Wardi berharap, organisasi-organisasi muslim di Indonesia bisa mengirim Da’i ke distrik tersebut. Itu diperlukan untuk mendidik generasi muda. Terlebih geliat globalisasi mulai terasa di Papua. Itu bisa saja menggeser nilai-nilai Islam yang selama ini dipegang Masyarakat Kumandan.

“Saat ini belum ada Da’i yang datang dari luar. Kami di sini, khususnya Masyarakat Kamundan, inginnya ada Da’i muda yang siap berdakwah di distrik ini. Di kampung ini siap menerima Da’i. Memang, masyarakat di sini sangat membutuhkan Da’i, apalagi untuk pembinaan generasi selanjutnya,” kata Wardi Nabi.

Baca Juga  Kapuspen TNI Bantah 6 Prajurit Gugur Diserang KKB: Hanya Satu Orang

Kebutuhan akan dakwah itu akan terasa manakala melihat kondisi masyarakat Kampung Kalitami I, Kalitami II, Kampung Kenara, Kampung Bibiram, dan Kampung Maroro. Dari semua kampung itu baru ada satu masjid. “Masjid ada satu, namun ada satu tambahan musholla yang sedang proses,” kata Wardi.

Masjid itu sudah ada sejak puluhan tahun lalu. “Masjid sudah ada sebelum saya lahir,” kata Wardi. Penampakan masjid itu tidak terlalu besar. Kubah yang digunakan pun tak seperti Kubah masjid pada umumnya di Indonesia.

Kubah masjid itu berbentuk segi empat lalu ditutup dengan seng berbentuk segitiga. Lalu ada satu tiang kecil di sudut segitiga untuk menopang tanda bulan sabit.

Masjid itu tidak terlalu luas. Meski sudah direnovasi, namun kerap masjid tersebut tidak bisa menampung seluruh jamaah. Pada saat Ramadhan misalnya. Jamaah shalat tarawih meluber sampai ke luar masjid. Apalagi kalau shalat Jumat, jamaah bisa sampai ke jalan-jalan.

“Masjid itu juga digunakan untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Kami berharap ini direnovasi, dibesarkan sehingga Masyarakat bisa menampung semua jamaah,” kata Wardi.