INDONESIAONLINE – Fatimah, nama yang identik dengan putri Nabi Muhammad SAW, ternyata menghiasi nama sejumlah gereja di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Keberadaan gereja-gereja “Fatimah” ini menimbulkan pertanyaan dan rasa penasaran: Apa makna di balik penamaan tersebut? Benarkah ada kaitannya dengan putri Rasulullah SAW?

Sejarah dan Legenda

Menurut Zulfan Afdhilla seorang YouTuber Aceh, nama “Fatimah” pada gereja tidak terkait dengan putri Nabi Muhammad SAW.

Ia mengemukakan versi sejarah yang berbeda, di mana nama tersebut berasal dari seorang wanita Muslim Andalusia bernama Fatimah yang diculik dan dikristen-kan oleh ksatria Kristen Goncelo Harmiglues.

Wanita tersebut kemudian dikenal sebagai “Ourena” setelah dibaptis, namun nama “Fatimah” tetap melekat pada kota tempatnya tinggal di Portugal.

Di sisi lain, umat Katolik memiliki versi berbeda terkait asal usul nama “Fatimah” pada gereja. Mereka menghubungkannya dengan peristiwa penampakan Bunda Maria di kota Fatimah, Portugal, pada tahun 1917.

Bunda Maria digambarkan menampakkan diri kepada tiga anak penggembala dan menyampaikan pesan perdamaian. Sejak saat itu, kota Fatimah menjadi tempat ziarah Katolik yang terkenal dan gereja-gereja di seluruh dunia didirikan dengan nama “Our Lady of Fatimah” atau “Fatimah Church” untuk menghormatinya.

Kontroversi dan Perdebatan

Baca Juga  Beras untuk Rakyat dari Mbak Puan Maharani: Memotivasi Masyarakat dalam Masa Pandemi

Versi Zulfan Afdhilla tentang asal usul nama “Fatimah” pada gereja menimbulkan kontroversi, terutama di kalangan umat Katolik. Ia mengkritik penamaan gereja dengan “Fatimah” dan mempertanyakan keabsahan peristiwa penampakan Bunda Maria.

“Peristiwa itu terjadi pada tahun 13 Mei 1917. Dimana ada tiga anak penggembala yang bernama Lucas, Fransisco dan Jasinta itu mengaku melihat penampakan Bunda Maria di hadapan mereka. Nah sosok Maria yang mereka lihat itu digambarkan memakai mantel putih, berpinggiran emas dan memegang rosario di tangannya,” jelas Zulfan.

Lantas pada 13 Juni 1917, ketiga anak penggembala tersebut mengaku kembali melihat sosok Bunda Maria tersebut. Di mana Bunda Maria yang mereka temui itu mengungkapkan bahwa pada tanggal 13 bulan Oktober 1917 itu Bunda Maria akan menampakkan lagi ke khalayak umum, agar semua orang percaya dan agar peperangan akan berakhir. Kebetulan ketika itu sedang terjadi perang dunia pertama.

Akhirnya pada tanggal 13 Oktober tahun 1917 itu, setelah berita nubuatan itu tersebar, orang-orang kemudian mulai memenuhi kota Fatimah di Portugal untuk melihat ramalan yang diungkapkan oleh ketiga pengembala tadi. Di mana Bunda Maria disebut akan menampakan diri dan menampakan mukjizatnya di sana.

Lalu setelah mereka berkumpul dan berharap cemas agar dapat melihat mukjizat Itu, cuaca pun gerimis dan hujan pun turun.

Baca Juga  Viral, Kandang Kambing Mewah Seharga Rumah Baru

Namun menurut beberapa saksi, setelah hujannya reda dan matahari muncul di balik awan mendung yang pecah, ada yang mengatakan jika matahari yang dilihatnya itu seolah-olah berputar mendekati bumi.

“Nah, masalahnya testimoni dari orang-orang yang melihat peristiwa itu sebagaimana yang dikumpulkan oleh Pastor De Maraki, itu berbeda-beda. Jadi ada yang mengaku melihat matahari yang mendekat yang semakin mendekat, ada pula yang mengaku melihat matahari yang menari-nari, ada juga yang mengaku melihat matahari yang dihiasi warna-warni di sisi-nya di sekelilingnya. Bahkan ada pula yang mengaku tidak melihat hal menakjubkan apapun,” terangnya.

Beberapa Teolog, Scientist, Skeptis mengungkap bahwa sebenarnya yang terjadi di sana adalah fenomena ilmiah seperti biasa saja. Seperti yang diungkapkan oleh Benjamin Radford.

“Namun hanya karena faktor kekuatan, sugesti, motivasi dan keyakinanlah yang membuat fenomena science pada matahari itu seolah-olah menjadi hal yang ajaib,” ujar Zulfan

Umat Katolik, di sisi lain, teguh mempercayai peristiwa penampakan Bunda Maria di Fatimah sebagai mukjizat dan tanda kasih Tuhan. Bagi mereka, gereja-gereja “Fatimah” merupakan tempat suci untuk berdoa dan memohon syafaat Bunda Maria (bn/dnv).