INDONESIAONLINE – Hari jadi Blitar diperingati setiap tanggal 5 Agustus. Puncak dari peringatan ini adalah pisowanan agung yang digelar dengan kemasan sakral dan meriah di Pendapa Agung Ronggo Hadinegoro.

Sebelum pisowanan agung, menyambut peringatan Hari Jadi Blitar, Pemkab Blitar melaksanakan serangkaian kegiatan yang sudah menjadi tradisi. Prosesi diawali dengan ziarah ke beberapa makam leluhur mulai dari makam Adipati Aryo Blitar, Makam Bung Karno dan Pasarean Pangeranan yang seluruhnya berada di Blitar. Belakangan ziarah leluhur juga dilaksanakan dengan berziarah ke Makam Pangeran Sambernyawa di Astana Mangadeg yang berada di Astana Mangadeg, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tahun ini tradisi ziarah ke Astana Mangadeg tempat bersemayamnya jasad Pangeran Sambernyawa juga dilakukan oleh Bupati Blitar Rini Syarifah.

Ziarah ke Makam Pangeran Sambernyawa ini cukup menarik dan sempat menjadi pertanyaan oleh sebagian kalangan. Lalu apa hubungan antara tokoh pendiri Kadipaten Mangkunegaran dengan Blitar? Terkait hal tersebut Pewarta INDONESIAONLINE berupaya mencari jawabannya dengan menemui Herry Nugroho Bupati Blitar periode 2005-2016, salah satu tokoh penting dalam pemerintahan Kabupaten Blitar.

Sebagai informasi, Pangeran Sambernyawa/Raden Mas Said adalah pendiri Kadipaten Mangkunegaran. Raden Mas Said naik tahta dengan gelar Mangkunegara I. Mangkunegaran merupakan Kadipaten yang merupakan pecahan dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pasca Perjanjian Giyanti. Pada tahun 1757-1946, Kadipaten Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berhak memiliki tentara sendiri yang independen dari Kasunanan.

Pangeran Sambernyawa juga seorang tokoh pejuang legendaris tanah Jawa dari Dinasti Mataram Islam. Selama 16 tahun, Pangeran Sambernyawa berjuang melawan Belanda dengan catatan 250 kali pertempuran tanpa kekalahan.

Baca Juga  Hujan Deras dan Angin Langkisau Terjang Blitar

Kepada INDONESIAONLINE, Herry  Nugroho mengatakan ziarah leluhur ke makam Pangeran Sambernyawa dimulai di era pemerintahanya. Saat itu Herry yang baru dilantik sebagai Bupati Blitar merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan riset lebih dalam terkait dengan sejarah Blitar. Dari riset yang dilakukan, ditemukan korelasi dan frekuensi keterkaitan antara Blitar dengan Kadipaten Mangkunegaran yang merupakan salah satu kerajaan penerus Dinasti Mataram Islam.

“Sebelum era saya, tradisi hari Jadi Blitar 5 Agustus itu ada ziarah leluhur. Biasanya ziarah leluhur kita itu ke Makam Pangeranan, bupati-bupati terdahulu, tokoh-tokoh Blitar, kemudian ke Adipati Aryo Blitar. Nah, kemudian ketika era saya, sejarah Blitar itu lebih kita perinci lagi. Jadi hari jadi 5 Agustus itu adalah Hari Jadi Blitar, jadi kalau kita perinci lagi sebenarnya juga hari jadinya Kota Blitar, karena dulu itu Kabupaten dan Kota Blitar sebelumnya adalah satu kesatuan,” kata Herry Nugroho.

Berdasarkan catatan sejarah, Kabupaten Blitar terbentuk pada tahu 1830 pasca Perang Diponegoro. Pada waktu itu Hindia Belanda sedang melakukan penataan dengan adanya residen baru. Belanda kemudian menggabungkan dua kadipaten yakni Kadipaten Sarengat dan Kabupaten Hantang menjadi satu kabupaten yakni Kabupaten Blitar. Herry Nugroho yang pada tahun 2005 mulai menjadi Bupati Blitar, memiliki inisiatif untuk memperdalam khazanah sejarah Blitar, sejarah sebelum era Kabupaten Blitar terbentuk.

“Nah, kita mencari tahu, sebelum era 1830 itu Blitar masuk daerah mana, ternyata setelah kita baca-baca di buku dan mencari referensi, ternyata Blitar itu sebelumnya masuk dalam wilayah Kadipaten Mangkunegaran. Lalu setelah perang Diponegoro selesai tahun 1830 itu, sebagian wilayah kekuasaan Mangkunegaran akhirnya dikuasai oleh Belanda, yang dikuasai Belanda termasuk Blitar ini. Akhirnya pada tanggal 31 Desember 1830 itu dikukuhkanlah Kabupaten Blitar,” jlentrehnya.

Baca Juga  Nusron Wahid Diberhentikan PBNU

Bukti-bukti kuat keterkaitan antara Blitar dengan Mangkunegaran, mendorong pemikiran bagi Pemkab Blitar akhirnya melaksanakan prosesi ziarah ke makam pemimpin Mangkunegaran yang berada di Solo. Tradisi itu dimulai di pemerintahan Kabupaten Blitar era Bupati Herry Nugroho.

“Ziarah leluhur kita tidak lagi terbatas di Makam Pangeranan, di Aryo Blitar, ziarah juga kita lakukan ke leluhur kita yang ada di Solo,” imbuhnya.

Di momentum Hari Jadi Blitar ke-698 tahun 2022 yang jatuh pada 5 Agustus 2022, Herry Nugroho turut hadir di pisowanan agung yang digelar di Pendapa Agung Ronggo Hadi Negoro. Dalam kesempatan ini, Herry mengaku senang dan bangga peringatan Hari Jadi Blitar pada tahun ini bisa dilaksanakan secara go publik lagi, setelah dua tahun sebelumnya digelar secara tertutup akibat pandemi Covid-19.

“Sekarang peringatan Hari Jadi Blitar bisa dilaksanakan seperti sebelumnya. Saya merasa bangga dan senang sekali. Walaupun tarafnya masih awal ya, saya berharap pada tahun depan jika situasi sudah kondusif lagi, hari jadi Blitar bisa diselenggarakan lebih meriah lagi, dan kita bisa jadi lebih bangga dengan hari jadi Blitar,” ungkapnya.

Lebih dalam tokoh yang 12 tahun menjadi pemimpin tertinggi Kabupaten Blitar berharap, bupati blitar era saat ini dan jajarannya bisa menyerap aspirasi masyarakat di seluruh bidang pembangunan.

“Harus bisa menyerap aspirasi masyarakat dan mewujudkannya. Sehingga masyarakat merasa betul-betul memiliki pemerintah yang mengayomi,” pungkasnya.