INDONESIAONLINE – Hutan Kalimantan, salah satu surga biodiversitas di dunia, menjadi rumah bagi berbagai makhluk yang misterius dan menarik. Salah satunya adalah tupai vampir (Diplogale hosei),

Tupai vampir menjadi perbincangan di kalangan peneliti dan pecinta alam. Dengan penampilan yang unik dan perilaku yang mengundang rasa ingin tahu, tupai vampir menarik perhatian untuk diungkap lebih lanjut.

Tupai vampir memiliki penampilan fisik yang mencolok. Dengan bulu gelap berwarna hitam kecoklatan dan tubuh yang lebih besar dari tupai-tupai biasa, makhluk ini memikat dengan gigi-gigi taringnya yang tajam.

Namun, jauh dari kesan menyeramkan yang mungkin disebabkan oleh nama “vampir,” tupai ini sebenarnya adalah makhluk nocturnal yang memakan serangga, daging burung kecil, reptil, dan mamalia kecil lainnya.

Hal ini membantah adanya rumor bahwa tupai vampir bak vampir-vampir di dalam film yang haus darah.

Baca Juga  Bendera Merah Putih: Perjalanan dan Tahun Terakhir Dikibarkan

Ini diperkuat hasil penelitian di tahun 2020. Para peneliti menemukan bahwa tupai ini bukanlah pemakan daging yang haus darah. Sebaliknya, gigi aneh mereka, termasuk gigi seri besar di rahang atas dan bawah yang memiliki ukiran dalam seperti gergaji, digunakan untuk memakan biji yang sangat keras.

“Kita membicarakan benih dengan sangat keras sehingga manusia kuat yang memiliki palu harus bekerja keras untuk bisa mendapatkannya,” kata penulis utama Andrew Marshall, antropolog biologi di Universitas Michigan, kepada IFLscience pada saat itu.

Menurut peneliti, tupai vampir lebih aktif pada malam hari dan cenderung hidup soliter. Mereka biasanya ditemukan di hutan-hutan Kalimantan, terutama di habitat yang lembab dan rimbun dengan vegetasi tebal.

Meskipun telah menjadi subjek penelitian, populasi dan keberadaan mereka masih menjadi misteri yang perlu diungkap lebih lanjut.

Baca Juga  Diangkat Pahlawan Nasional, Begini Perjuangan Ratu Kalinyamat Melawan Portugis

Penelitian menunjukkan, kerabat terdekat mereka yang masih hidup adalah sekelompok tupai Amerika Selatan, namun tidak ada tanda-tanda kerabat lain, baik di Asia atau Amerika Utara yang dapat membantu para ilmuwan melacak perjalanan mereka hingga ke Asia Tenggara.

Sebuah studi pada tahun 2012 menunjukkan, bahwa garis keturunan Rheithrosciurus menyimpang dari sekelompok spesies Palearctic sekitar 36 juta tahun yang lalu dan menjajah Kalimantan melalui daratan dari Asia Tenggara, namun sejarah evolusi tupai vampir masih belum jelas.

Sayangnya, habitat asli tupai vampir, yakni hutan Kalimantan, terus mengalami tekanan akibat deforestasi dan eksploitasi manusia. Ancaman terhadap habitat ini mengakibatkan keprihatinan akan kelangsungan hidup spesies-spesies yang hidup di dalamnya, termasuk tupai vampir.