INDONESIAONLINE – Terbitnya Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Loudspeaker yang memuat pengaturan suara adzan, menuai banyak pro dan kontra.

Hal ini semakin menjadi polemik ketika Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas membuat pernyataan dalam sebuah wawancara tentang analogi suara azan dengan gonggongan anjing.

Terlepas dari polemik tersebut, pengaturan penggunaan pengeras suara jauh sebelum polemik ini telah dibahas oleh Gus Baha atau KH Ahmad Bahaudin Nursalim.

Dikutip dari kanal YouTube Akherat School, dalam video yang diunggah 1 tahun lalu, Gus Baha menjelaskan, ada perbedaan pendapat terkait keras atau tidaknya azan. Menurutnya, ini juga merupakan hal yang wajar.

“Kalau beda pendapat ya biasa. Jangan seperti orang zaman sekarang, kalau beda pendapat ya ribut. Beda pendapat itu wajar. Tidak mungkin kita tidak berbeda pendapat, tidak mungkin,” kata Gus Baha. .

Gus Baha kemudian menyampaikan bahwa ia sering menjumpai perbedaan pendapat seperti itu. Ia kerap mendapat pertanyaan terkait pengeras suara masjid yang terdengar nyaring di desa-desa.

“Di kampung-kampung kalau ada masjid pakai speaker, di mana-mana saya sering ditanya, Gus, bilang azan jangan keras-keras, bikin ribut (buat) tetangga. ( Kalau niat salat, tidak perlu adzan datang),” ujarnya.

“Sing sitok Yo tidak harus mengharamkan Ben syiar (yang lain bilang, tidak! Harus tegar biar jadi syiar). Seng sitok suka diremukkan, seng tidak suka misui tok, seng suka nambah banyak adzan maksudnya e wes solat, kowe pilih ndi? (Yang satu hanya suka di ucapkan, yang tidak suka diolok-olok, yang lain mengumandangkan adzan dengan keras , berarti sudah sholat. Pilih yang mana?),” imbuhnya.

Lebih lanjut Gus Baha menjelaskan, Abu Bakar saat wiridan selalu lambat, bahkan sangat lambat. Sedangkan dzikir Umar sangat keras. Namun tidak menggunakan Sound System, karena tentu saja saat itu belum ada.

Ketika Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Aba Bakrin, mengapa engkau merendahkan suaramu? Lalu dia menjawab, jika dia malu kepada Allah. Allah Maha Mendengar, maka dia malu untuk meninggikan suaranya, seolah-olah Tuhan membutuhkan suara yang keras.

Kemudian giliran Umar yang ditanya. “Kenapa kamu begitu berisik?” Dia kemudian menjawab dengan santai. Hal ini dilakukan agar tidak membuatnya mengantuk.

“Makanya tidak ada yang bilang Umar Afdholu min Abi Bakrin karena jawabannya sangat sederhana. Padahal, Ijma’ Ahlu Sunnah adalah Abu Bakar Afdholu min Umar karena melihat jawabannya jadi tidak mau tidur. Bandingkan jawabannya dengan Abu Bakar, yang malu pada Tuhan, yang mahakuasa Mengapa pendengar begitu keras, “kata Gus Baha.

Ketika teman-teman memiliki banyak masalah, mereka kemudian berdoa dengan keras. Rasulullah bersabda, “Kamu tidak shalat dengan tuli, jadi kamu tidak harus keras-keras.”

“Jadi kalau ada yang ribut-ribut pakai sound system keras, maka itu perlu dipertanyakan. Tuhan sudah mendengar, kenapa ribut-ribut seperti itu, apa yang kamu lakukan. Tidak kalau pakai madzab, lalu ada pertanyaan itu dangdut. nyaring, kok kalimat toyyibahnya nggak bisa keras?, Soal lagi,” ujarnya.