INDONESIAONLINE – Sejarah Indonesia diwarnai kisah-kisah heroik perjuangan melawan penjajahan, dan salah satu yang paling menggetarkan adalah kisah Nyimas Utari Sandijayaningsih. Wanita Jawa berparas cantik ini menyusup ke jantung kekuasaan VOC di Batavia dan merubah jalannya sejarah dengan aksi nekatnya.
Awal abad ke-17 di Nusantara dipenuhi intrik perebutan kekuasaan antara kerajaan-kerajaan lokal dan VOC. Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram, pemimpin visioner yang bercita-cita menyatukan Jawa, menjadi salah satu batu sandungan terbesar bagi ambisi VOC.
Dua kali Sultan Agung melancarkan serangan ke Batavia, markas VOC yang didirikan oleh Jan Pieterszoon Coen, pada tahun 1628 dan 1629. Serangan pertama, meski terencana dengan matang, gagal menembus pertahanan kuat VOC. Kegagalan ini justru memicu Sultan Agung menyusun strategi lebih matang, termasuk membangun jaringan intelijen yang lebih kuat. Di sinilah peran Nyimas Utari dimulai.
Jan Pieterszoon Coen: Arsitek Kejam Kekuasaan VOC
Coen, sosok kejam dan ambisius dengan cepat naik pangkat di VOC. Ia merebut Jayakarta dan membangun Batavia di atasnya, menjadikannya pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan VOC. Kebijakan monopoli Coen dan tindakan brutalnya, seperti pembantaian massal di Banda, memicu kebencian dan perlawanan dari rakyat Nusantara.
Nyimas Utari, putri Bagus Wanabaya, seorang bangsawan Mataram, dibesarkan dalam keluarga dengan tradisi intelijen. Ia dipersiapkan sejak kecil untuk tugas-tugas berbahaya. Nyimas Utari menikah dengan Mahmudin, seorang intelijen Samudra Pasai, dan bersama-sama mereka menyusup ke Batavia dengan berbagai penyamaran.
Untuk mendekati Coen, Nyimas Utari memanfaatkan kematian istri Coen, Eva Ment, yang meninggalkan duka mendalam bagi sang Gubernur Jenderal. Nyimas Utari berhasil mendekati Coen dengan menyamar sebagai wanita penghibur di klub eksklusif VOC.
Pada 20 September 1629, Nyimas Utari berhasil mencampurkan racun ke dalam minuman Coen. Gubernur Jenderal VOC itu pun menemui ajalnya. Tidak hanya meracuni, Nyimas Utari juga memenggal kepala Coen sebagai bukti keberhasilan misinya dan simbol kemenangan bagi Mataram.
Nyimas Utari dan Mahmudin berusaha melarikan diri dari Batavia, namun nahas, Nyimas Utari tewas terkena tembakan meriam pasukan VOC. Mahmudin dengan hancur hati, membawa jenazah istrinya dan memakamkannya di Desa Keramat.
Kematian Coen memberikan pukulan telat bagi VOC, meski kekuasaan mereka tidak runtuh. Namun lebih dari itu, kisah Nyimas Utari menjadi monumen keberanian dan pengorbanan dalam perjuangan melawan penjajah.
Nyimas Utari, sang telik sandi berparas cantik, berhasil menggetarkan jantung kekuasaan VOC. Kisahnya mengingatkan kita akan peran penting perempuan dalam sejarah perjuangan Indonesia. Ia adalah simbol keberanian, kecerdasan, dan patriotisme yang patut menjadi inspirasi bagi generasi mendatang (ar/dnv).