*dd nana veno

“Saat kisah-kisah menjelma nyata
dan mata dibakar karenanya.”

1/ Kelahiran
Yang ada dan mengada, kita sepakati
karena rumus-rumus yang saling bertentangan

Sedang persamaan, tak akan menghasilkan derit ranjang
dan nafas yang saling memburu

daging yang saling mengagumi.

Hingga ikrar diucapkan dan jelmalah kita.

Tapi, kisah-kisah telah mendaur ulang segala penciptaan
Menyuguhkannya dalam piring-piring yang kilap
yang membakar mata.

“Rumus persamaan telah keluar diiringi pengiring berbaju safari. Persamaan diteriakkan dan dijejalkan dalam nafas pengantin.”

Tapi, dunia akan sunyi

Tak ada yang lahir
Hanya mata yang terbakar dan menanti

Para kukila terbang di atas kita dengan batu nyala
di setiap kakinya.

“Dalam segala yang dibakar, adakah kelahiran?”.

2/Cinta
Yang diagungkan

Baca Juga  Puisi Arwah Jatuh Cinta

dan akan menanggung beban
sepanjang jalan nafas

sepanjang mata masih di huni
cahaya.

Cinta yang berkilau-kilau dan memesona mata
setiap yang merunduk dan bertanya-tanya,

“setinggi apa
bentang biru di atas kita. Adakah di sana sebuah taman untuk bercinta,”.

Cahaya yang diserap oleh mata
telah menegakkan tulang belakang kita

Menyempurnakan kata sabda
Kita bergembira, kita bermain begitu bahagia.

“Lihatlah kita telah menguasai cinta yang berasal dari langit sana.” lantas tertawa.

tuhan pun cemburu atas kuasa kita

maka, terciptalah malam yang menggelapkan segala
ruang; taman, ranjang, beranda dan kursi-kursi berbahan
menyenangkan yang menyangga tubuh kita.

“Sesekali kalian harus merasakan pahit. Agar faham yang dicipta harus menyusuri kelam. Agar cahaya bisa punya makna.”

Baca Juga  PUISI: Berbincang dengan Jokpin

Yang agung pun menyimpan gunungan beban.

“Anda masih mau bercinta dengan cinta, tuan?”.

 

3/Luka
Matanya tajam

tapi kau sebut itu sendu yang dalam

yang menyepi di ketinggian paling sunyi
untuk menterjemahkan segala gerak yang dituliskan

dalam dada, dalam ingatan, dalam ceruk dan lekuk
tubuh telanjang kita yang dibasahi peluh.

Nikmat itu, katamu, adalah perjalanan jauh
Maka, biarkan saja keluh dan aduh bersama

Orkestra kenikmatan akan semakin sehat
dengan irisan-irisan luka.

Kau siap untuk memanahnya, puan?

*penyuka kopi pait dan tukang wingko