*dd nana

1.

Sejak sunyi mengawini mata mimpi

sejak itulah detak waktu serupa kunang-kunang

yang tersesat jalan pulang.

 

Cahayanya dibekap gerombolan lampu

yang tegak, yang berguncang-guncang oleh detak

orang-orang menghentak-hentakkan sepi

hingga kaki waktu dibuatnya kesemutan.

 

Padahal malam adalah ruang untuk menguburkan demam.

 

Ranjang lapang untuk merebahkan kekalahan

demi kekalahan dan lubang

yang mungkin memberikan kesenangan.

 

Serupa kotak hadiah yang penuh dengan gula-gula, serta berbagai mainan yang mengajak kita kembali ke masa kanak-kanak.

 

Tapi, sunyi yang kau khianati meminta kembali

segala yang pernah kau lahirkan

segala yang kau ambil di kotak penuh gula-gula dan hadiah itu.

‘Aku ambil mata mimpi’.

Sejak itu detak waktu serupa kunang-kunang yang kesiangan

Baca Juga  (2) Dua Tubuh yang Berpelukan di Perempatan Jalan

Tersesat di jejalanan penuh cahaya.

Seperti kita, mungkin, yang akhirnya mencari mata mimpi

Lewat ciuman-ciuman liar

lewat lubang-lubang botol yang mendesiskan sepi

berbuih.

 

Atau lewat erang yang setelahnya sunyi

serupa lubang yang awalnya penuh gula-gula dan kau masuki

dan melemparmu ke trotoar jalan yang sejak lama papa.

 

Sejak sunyi mengawini mata mimpi, aku nyaris sempurna

menjelma kunang-kunang yang tak punya cahaya.

 

2.

Mata yang mengalunkan riak cahaya

yang aku lukis dalam senggama

yang tak pura-pura.

 

Dalam suka yang tak pernah dibuncahkan dada

sampai sepi menepi dan membiarkan kita

jelma hiena yang selalu lapar untuk saling mencabik

dan mengerang dan melolong setiap malam

 

Sebelum sunyi mengawini mata mimpi.

 

Baca Juga  Puisi: Yang Baru Itu Pengulangan Waktu

dan membiarkanku menjadi petapa paling papa

atas segala riak cahaya yang disembunyikan

dalam mata

para perempuan paling kucinta.

 

3.

Telah lama bulan dikuburkan dalam malam

jelaga sempurna bagi binatang paling jalang

yang mengendus setiap aksara dan menorehkan bau

dan aromanya pada cadas batu-batu karang

 

atau goa-goa paling singit dan ditinggal setiap yang berjalan

 

Tapi, sejak sunyi mengawini mata mimpi

lahirnya kau perempuan berambut gelombang laut selatan

dengan mata yang menenggelamkan segala cahaya segala malam

segala yang berpantang.

 

Segala yang berdetak sebelum dikuburkan.

 

Mata perempuan yang membutakan

mata yang sempat aku cintai sebelum sunyi mengawininya kembali.

“Cukupi hidup dengan kepura-puraan sebelum kembali dikuburkan.”

tertanda SUNYI.

 

*tukang ngopi&penjual wingko