Beranda

Rekor 99,5% PPG UIN Maliki Malang: Menjawab Tantangan Gagap Digital

Rekor 99,5% PPG UIN Maliki Malang: Menjawab Tantangan Gagap Digital
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang berhasil mencatatkan tingkat kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Guru (UKMPPG) nyaris sempurna: 99,5 persen (jtn/io)

LPTK UIN Maliki Malang catat kelulusan PPG 99,5%. Strategi pendampingan intensif sukses pangkas hambatan teknologi bagi guru senior. Simak analisis mendalamnya.

INDONESIAONLINE – Di balik hingar-bingar perayaan kelulusan ribuan guru di sebuah hotel di Kota Batu, Kamis (18/12/2025), terselip sebuah data statistik yang mengejutkan dunia pendidikan nasional. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) UIN Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang berhasil mencatatkan tingkat kelulusan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Guru (UKMPPG) nyaris sempurna: 99,5 persen.

Angka ini bukan sekadar deretan statistik di atas kertas. Dari 3.179 peserta Batch 2 dan 3, sebanyak 3.162 guru dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar profesional. Capaian ini menjadi anomali positif di tengah masih banyaknya LPTK yang berjuang menembus angka kelulusan 80 persen. Namun, sorotan utama bukan pada mereka yang lulus, melainkan analisis mendalam mengenai siapa yang tertinggal dan mengapa.

Melawan “Gaptek” di Kalangan Retaker

Ketua LPTK UIN Maliki Malang, Prof. Dr. H. Muhammad Walid, M.A., membuka tabir di balik 0,5 persen peserta yang belum berhasil. Menurutnya, kegagalan segelintir peserta—yang berjumlah sekitar 17 orang—bukan disebabkan oleh ketidakmampuan intelektual atau rendahnya pemahaman pedagogik. Musuh utamanya adalah kesenjangan teknologi.

Mayoritas peserta yang belum lulus adalah retaker (peserta mengulang) dari angkatan lama yang masuk dalam kategori digital immigrant. Mereka adalah generasi guru yang lahir sebelum era internet, namun kini dipaksa bertarung dalam sistem ujian dan pembelajaran yang sepenuhnya digital.

“Banyak retaker berasal dari generasi sebelumnya. Ketika harus berhadapan dengan sistem pembelajaran berbasis teknologi, ada yang kesulitan. Bukan karena tidak mampu, tapi karena belum adaptif,” ungkap Walid.

Analisis ini relevan dengan fenomena nasional. Berdasarkan data Kementerian Agama dan Kemendikbudristek, hambatan teknis penggunaan Learning Management System (LMS) kerap menjadi penjegal utama guru-guru senior dalam mendapatkan sertifikasi. UIN Maliki menyadari hal ini dengan menerapkan strategi “jemput bola”. Dosen tidak hanya mengajar, tetapi dilatih untuk menjadi pendamping teknis agar tidak ada mahasiswa yang tertinggal gerbong digitalisasi.

Dominasi Guru PAI dan Madrasah

Kaprodi PPG LPTK UIN Maliki Malang, Mohammad Miftahusyai’an, atau yang akrab disapa Mas Boy, merinci dominasi kelulusan di dua sektor vital. Untuk bidang Pendidikan Agama Islam (PAI), tingkat kelulusan menembus 99,6 persen (2.585 mahasiswa). Sementara untuk guru Madrasah, angka kelulusan berada di 98,8 persen (582 mahasiswa).

Angka ini menegaskan posisi UIN Maliki sebagai “kawah candradimuka” utama bagi guru agama di Indonesia. Strategi tryout berulang dan bedah kisi-kisi yang dilakukan secara maraton terbukti ampuh.

“Kami tidak lepas tangan. Bagi yang belum lulus, LPTK tetap memberikan pendampingan,” tegas Miftahusyai’an, menjamin tidak ada peserta yang dibiarkan berjuang sendirian.

Kesuksesan ini tidak lahir dalam semalam. Wakil Rektor IV, Prof. Dr. H. M. Abdul Hamid, mengingatkan bahwa DNA pendidikan UIN Maliki telah tertanam sejak Fakultas Tarbiyah berdiri pada 1961. Pengalaman lebih dari enam dekade mengelola calon pendidik menjadikan kampus ini memiliki peta jalan (roadmap) yang matang dalam mencetak guru.

Namun, Hamid mengingatkan bahwa sertifikat pendidik (Serdik) hanyalah awal. Tantangan sesungguhnya adalah relevansi di dalam kelas. “Kalau tidak mau berubah, guru akan tertinggal. Apalagi berhadapan dengan generasi yang serba digital,” ujarnya. Guru profesional dituntut memiliki kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) yang mumpuni.

Capaian UIN Maliki Malang menjadi angin segar di tengah “kemacetan” antrean sertifikasi guru nasional. Data Kementerian Agama mencatat masih ada ratusan ribu guru madrasah dan PAI yang belum tersertifikasi. Tanpa akselerasi dan kualitas LPTK yang mumpuni seperti UIN Malang, target pemenuhan guru profesional akan terus molor.

UIN Maliki Malang telah membuktikan bahwa kuantitas peserta yang ribuan bisa berjalan beriringan dengan kualitas kelulusan yang prima. Kuncinya terletak pada kemampuan institusi menjembatani kesenjangan teknologi yang dialami guru-guru senior, mengubah “kegagapan” menjadi “kompetensi” (as/dnv).

 

Exit mobile version