INDONESIAONLINE  – Ibu Nabi Musa, Yukabad sempat merahasiakan kehamilannya dari prajurit kerajaan Firaun. Hal ini setelah Firaun memerintahkan pasukannya untuk menangkap dan membunuh bayi laki-laki, termasuk ibu yang sedang mengandung bayi laki-laki, karena takut akan mengahancurkan kerajaannya.

Setelah melahirkan, Yukabad juga menyembunyikan Musa kecil di tempat-tempat yang tidak diketahui. Suatu saat, Allah memerintahkan Yukabad untuk menghanyutkan Musa ke Sungai Nil. Allah berjanji bakal mengembalikan Musa dan mengangkatnya menjadi seorang rasul.

Setelah dihanyutkan, istri Fir’aun menemukan Musa yang bersih dan bercahaya. Ia kemudian membawanya.Saat bersama keluarga Firaun, Musa kecil enggan menyusu pada orang lain. Istri Firaun kemudian mencarikan seorang wanita yang bisa menyusui Musa. Setelah mencari, akhirnya Musa mau menyusu pada seorang wanita yang ternyata merupakan ibu kandungnya sendiri.

Dalam perjalanan, Musa tumbuh sebagai sosok yang cerdas dan mempunyai akal yang sempurna. Setelah beranjak dewasa, Musa kemudian meninggalkan Mesir menuju sebuah perkampungan, di pedesaan di wilayah Madyan.

Baca Juga  Pencuri yang Ternyata Setan Sempat Mengajari Abu Hurairah Wirid

Diolah dari Islam Pos, disinilah kisah Nabi Musa kemudian tiba-tiba tak ada kabarnya, seolah hilang ditelan bumi. Di sini Allah tak menguak kisahnya, hanya akad perjanjiannya.

Selama 10 tahun Nabi Musa berada di Madyan, Musa kemudian menikah dan menunaikan perjanjiannya untuk bertani, berternak dan mengembala. Tidak terdapat kisah jelas mengenai liku-liku Musa selama di sini. 

Lantas mengapa Allah membawanya ke Madyan?. Hal ini tentunya mempunyai makna tersendiri, yakni untuk menempa Nabi Musa. Di Madyan, Nabi Musa dihibur di pedesaan yang dipenuhi orang baik dan kesiapan untuk Soleh. Hal ini berbeda dengan istana yang penuh dengan intrik politik, gaya hidup mudah, santai, serba enak dan bersenang-senang.

Di Madyan, Musa menjalani takdir sebagai calon Nabi dan Rasul yaitu menjadi pengembala domba. Di sana Musa ditempa untuk membersihkan semua sifat buruk akibat pergaulan kota dan istana.

Baca Juga  MUI Keluarkan Fatwa Haram atas Segala Tindakan Merusak Alam

Allah menggembleng Musa untuk mencabut benih kesombongan, keangkuhan, bersenang-senang, tontonan kerusakan dan kezaliman. Justru bergaul dengan masyarakat yang penuh keikhlasan, kerjasama dan toleransi.

Setelah Musa menjalani penempaan yang sempurna di Madyan, Allah kemudian menggiring Musa untuk rindu kepada Mesir yang pernah ditinggalkan dengan perasaan sendiri, terusir dan ketakutan.

Setelah 10 tahun di Madyan, Musa dan istrinya meminta izin kepada Nabi Syu’aib untuk kembali ke Mesir. Untuk diketahui, Musasaat berada di Madyan, menikah dengan salah satu anak dari Nabi Syuaib.

Musa pulang bersama sang istri melalui jalan yang sama saat ia dikejar pembesar istana. Dan satu ketika di malam hari, ia sempat tersesat dan tak mengetahui jalan yang harus ditempuh. Tiba-tiba, dalam sebuah kegelapan, muncul sebuah cahaya api dari sebuah pohon. Dan dari sinilah kisahnya dimulai kembali dengan kisah-kisah yang mendebarkan dan penuh makna.