INDONESIAONLINE – Pidato Abu Ubaida juru bicara Hamas terkait 100 hari perang di Gaza, membuka mata publik. Ia menyampaikan dalam pidatonya, motif di balik serangan kelompok militan Palestina pada 7 Oktober di Israel karena Yahudi “membawa sapi merah” ke Tanah Suci.

Sapi yang ia bicarakan adalah sapi betina merah yang sekarang merumput di lokasi aman tersembunyi di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Beberapa orang Yahudi dan Kristen percaya sapi-sapi ini adalah kunci untuk membangun kembali bait suci Yahudi yang pernah berdiri di Yerusalem, dan untuk mendatangkan Mesias.

Untuk memahami itu, kita harus melihat kembali hampir 2.000 tahun ke belakang dalam sejarah penuh gejolak di Timur Tengah, ketika bangsa Romawi kuno menghancurkan bait suci terakhir di Yerusalem.

Untuk membangunnya kembali, orang-orang yang taat beriman merujuk kepada Kitab Bilangan dalam Alkitab. Di mana memerintahkan orang Israel untuk mempersembahkan “seekor sapi betina merah tanpa cacat atau noda dan yang belum pernah dipasangkan kuk.”

Hanya dengan persembahan itu, mereka berkeras, bait suci itu bisa dibangun kembali.

Dari Texas ke Tepi Barat

Yitshak Mamo, dari Uvne Jerusalem, sebuah kelompok yang berkomitmen untuk melihat bait suci baru dibangun di Kota Tua Yerusalem, berperan penting dalam membawa sapi-sapi betina merah itu ke Tanah Suci.

“Anda dapat memeriksa untuk melihat apakah mereka memiliki bulu putih atau hitam,” katanya kepada CBS News.

Menemukan sapi betina merah membutuhkan waktu bertahun-tahun. Pencarian itu membawa Mamo bukan kepada peternak Yahudi tetapi kepada peternak Kristen yang jaraknya ribuan kilometer jauhnya.

“Setelah pencarian panjang, kami menemukan mereka di Texas,” katanya.

Untuk melewati undang-undang ketat yang ada saat itu yang melarang ekspor sapi ternak Amerika Serikat ke Israel, sapi-sapi betina merah itu diklasifikasikan sebagai hewan peliharaan.

Mamo juga menyebut mendatangkan sapi merah dari Texas ke Israel bukanlah aksi publisitas.

“Harry Potter adalah cerita yang bagus. Alkitab bukanlah cerita,” katanya. “Alkitab adalah cara Tuhan untuk memimpin kita.” tegasnya.

Sebuah altar putih besar menunggu, di mana mereka akan dibakar di sebidang tanah yang menghadap ke Bukit Zaitun di Yerusalem.

Baca Juga  Rencana Pertemuan Kim Jong un-Putin: Bahas Pasokan Senjata dan Kerjasama Militer

Mamo mengatakan upacara itu harus dilakukan sambil melihat langsung ke tempat di mana Bait Suci Kedua kuno berdiri, sampai dihancurkan oleh orang Romawi pada tahun 70 Masehi.

Kotak Pandora yang tidak bisa ditutup siapa pun

Apa yang tidak disebutkan Mamo adalah apa yang berdiri di tempat bait suci sekarang: Kubah Batu dan Masjid Al-Aqsa, yang merupakan salah satu situs tersuci dalam Islam.

Saat ini, penjaga bersenjata lengkap memastikan bahwa hanya Muslim yang diizinkan masuk ke dalam kompleks tersebut. Namun itu tidak menghentikan aktivis Yahudi, seperti Melissa Jane Kronfeld, yang memimpin kelompok ke atas Bukit Bait Suci lima hari setiap minggu.

“Ada satu Tuhan yang benar, dan itu dimulai di sini,” katanya, sebelum berlutut dan bersujud di tempat Bait Suci Pertama, atau Kuil Solomon yang dibangun pada 957 SM.

Bait Suci Kedua atau Kuil Herodes, adalah versi rekonstruksi dari yang pertama, dibangun pada abad ke-6 SM, menurut kitab suci.

“Sangat penting bagi orang Yahudi untuk kembali dan membangun kembali bait suci itu,” kata Kronfeld yang berasal dari New York dan mendirikan organisasi High on the Har untuk memimpin tur.

“Ini bukan tentang mengambil apa pun dari saudara dan saudari Muslim kita. Ini bukan tentang penghancuran situs suci Islam. Ini tentang melestarikan tempat ini dan menjadi penjaga rumah Tuhan untuk semua orang,” ucapnya.

Tapi dia tidak merahasiakan apa yang dia inginkan terjadi pada Kubah Batu.

“Saya percaya itu akan hilang 100%. Semuanya akan hilang untuk membangun bait suci,” katanya.

Ini adalah usulan yang ditakutkan banyak orang, jika ditindaklanjuti, bisa membuat perang saat ini semakin berdarah, dan menyebar dengan cepat di luar Jalur Gaza.

“Semua orang berkata pembangunan Bait Suci Ketiga, itulah yang akan membawa perang, itu akan mengacaukan stabilitas Timur Tengah,” katanya.

“Timur Tengah tampaknya sudah sangat tidak stabil sekarang, dan perang, jika saya tidak salah, sudah terjadi,” tuturnya.

Perlu dicatat, mimpi Kronfeld untuk melihat Bait Suci Ketiga dibangun di situs tersebut tidak dianut oleh pemerintah Israel atau oleh sebagian besar orang Israel atau Yahudi. Namun usulan tersebut sudah lebih dari cukup untuk memicu banyak kelompok Islam terpicu.

Baca Juga  Lepas Hijab, Wanita Mantan Pengantin ISIS Minta Dikirimi Baju dari Inggris

Seperti Hamas yang menjuluki serangan teror 7 Oktober mereka ke Israel sebagai “Gelombang Al-Aqsa,” dan lambang kelompok itu menampilkan Kubah Batu di belakang dua pedang bersilang.

Meskipun sebagian besar Muslim tidak mendukung kekerasan Hamas, mereka berbagi pengabdian yang tak tergoyahkan kepada tanah suci, kata Mustafa Abu Sway Ketua Imam Al-Ghazali di Masjid Al-Aqsa.

“Masjid Al-Aqsa milik semua Muslim,” katanya.

“Jadi, Anda akan menemukan reaksi dari Indonesia ke Toronto ke New York. Saat ini ada 2 miliar Muslim di seluruh dunia,” ucapnya.

Dia mengatakan kepada CBS News bahwa menyingkirkan Al-Aqsa atau Kubah Batu adalah “tidak terbayangkan,” dan memperingatkan bahwa itu akan menjadi “membuka kotak Pandora yang tidak bisa ditutup siapa pun.”

Aktivis Yahudi tidak terhalang oleh pembantaian 7 Oktober oleh Hamas atau perang yang sedang berlangsung di Gaza. Beberapa di antara mereka menggunakan konflik tersebut sebagai latar belakang untuk mempromosikan tujuan mereka di Amerika Serikat.

Dalam Pertemuan Nasional untuk Doa dan Pertobatan baru-baru ini di Washington, D.C., Mamo berbicara tentang sapi betina merah miliknya dan harapannya untuk Bait Suci Yahudi Ketiga.

Pertemuan tersebut diadakan oleh Ketua DPR AS Mike Johnson, yang memberikan doa pembuka sebelum para pemimpin dan anggota kongres evangelis terkemuka berbicara. Banyak evangelis Amerika percaya sapi betina merah akan menandai kedatangan kedua Kristus.

“Kita akan menerima Mesias, dan kita membutuhkan Mesias untuk datang,” kata Byron Stinson, seorang warga Texas yang turut membantu membawa sapi-sapi betina merah tersebut ke Israel

“Bagi saya, sapi betina merah itu berwarna merah melambangkan darah Yesus Kristus. Itulah sebabnya warnanya merah,” ucapnya.

Kembali ke permukimannya di Tepi Barat, Mamo mengatakan kepada CBS News bahwa sapi-sapi betina merah itu hanya perlu melewati uji kemurnian terakhir.

Upacara yang dia harapkan akan membangkitkan kembali bait suci dan menandai kedatangan Mesias bisa terjadi kapan saja.

Tulisan telah terbit di CBS News dengan judul What these red cows from Texas have to do with war and peace in the Middle East.