INDONESIAONLINE – Penjaringan calon petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi 2026 untuk tingkat pusat kini memasuki babak krusial. Bertempat di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, para peserta mulai menjalani serangkaian seleksi yang meliputi tes berbasis komputer (CAT) serta sesi wawancara.
Menteri Haji dan Umrah Mochammad Irfan Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Irfan, hadir secara langsung untuk membuka agenda tersebut. Dalam arahannya, ia memberikan instruksi khusus yang wajib dipatuhi oleh seluruh calon abdi jemaah yang sedang berkompetisi.
Larangan Keras Menerima Pemberian
Gus Irfan mengeluarkan peringatan tegas terkait integritas petugas selama menjalankan amanah di Tanah Suci. Beliau menginstruksikan agar seluruh petugas nantinya berani menolak segala bentuk pemberian dari jemaah, baik berupa uang tunai maupun barang.
”Jemaah kita dikenal memiliki sifat luman atau sangat dermawan, terutama saat merasa terbantu. Sering mereka ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih,” ujar Gus Irfan pada Kamis (18/12/2025).
Namun, ia menegaskan agar pemberian tersebut tidak diambil. “Saya minta dengan sangat, tolong jangan diterima,” imbuhnya.
Alasan di balik ketegasan ini adalah untuk menjaga kemurnian niat ibadah para petugas. Gus Irfan menjelaskan bahwa menerima imbalan dapat mengikis keikhlasan dalam bekerja. Selain itu, dari sisi hukum, tindakan tersebut sangat berisiko.
”Kekhawatiran saya, dalam perspektif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pemberian tersebut bisa dikategorikan sebagai gratifikasi. Kita harus menjaga agar ibadah kita aman dan posisi hukum kita tetap selamat,” ungkapnya.
Meski harus menolak, Gus Irfan meminta petugas tetap mengedepankan etika. Penolakan harus disampaikan dengan tutur kata yang halus dan santun agar tidak melukai perasaan jemaah yang berniat baik.
Era Baru Pengelolaan Haji Mandiri
Tahun 1447 H/2026 M menjadi tonggak sejarah baru karena untuk kali pertama, Kementerian Haji dan Umrah memegang kendali penuh operasional haji secara mandiri. Oleh karena itu, Gus Irfan menargetkan standar penyelenggaraan yang sempurna dan transparan.
”Kami ingin seluruh proses, sejak tahap seleksi hingga pelaksanaan di lapangan, berjalan bersih dan sesuai regulasi. Tidak boleh ada celah,” tegasnya.
Untuk menjamin keadilan, Gus Irfan memperingatkan panitia agar tidak melakukan praktik “main mata” dengan peserta. Aturan ketat pun diberlakukan, seperti pembatasan penggunaan perangkat komunikasi bagi peserta selama ujian berlangsung demi mencegah kecurangan.
Menutup arahannya, Gus Irfan mengingatkan bahwa esensi keberangkatan petugas ke Arab Saudi adalah untuk mengabdi. Sementara ibadah haji bagi petugas merupakan nilai tambah semata.
Gus Irfan memberikan prinsip yang jelas: jika petugas dihadapkan pada situasi sulit di mana mereka harus memilih antara menolong jemaah atau menyelesaikan ritual haji pribadi, maka kepentingan jemaah harus menjadi prioritas nomor satu. ”Membantu dan melayani tamu Allah adalah misi utama Anda di sana,” pungkasnya. (hsa/hel)
