INDONESIAONLINE– Genjatan senjata antara Israel dan Hamas kini tengah berlangsung. Namun, di tengah genjatan senjata itu, Israel malah mencegah warga sipil Palestina untuk kembali ke bagian utara Jalur Gaza.

Tak hanya mencegah. Israel juga menembaki 2 orang hingga tewas dan 11 lainnya luka-luka. Korban saat itu berupaya melakukan perjalanan dari zona selatan ke zona utara daerah kantong Palestina tersebut.

Seperti dilansir dari Al Jazeera, Minggu (26/11/2023), sejumlah besar pengungsi berusaha kembali ke rumah-rumah mereka yang ada di Jalur Gaza bagian utara ketika gencatan senjata selama empat hari diberlakukan sejak Jumat (24/11) pagi waktu setempat. Beberapa video yang diperoleh Al Jazeera menunjukkan rombongan warga sipil Palestina kembali ke rumah-rumah mereka di area Beit Lahiya yang terletak di Jalur Gaza bagian utara.

Tetapi  Israel memperingatkan warga sipil Palestina agar tidak diizinkan memasuki wilayah utara meskipun saat gencatan senjata. “Warga Gaza, pergerakan penduduk dari selatan Jalur Gaza ke utara tidak akan diizinkan dengan cara apa pun,” tegas juru bicara militer Israel Avichay Adraee, dalam pernyataan berbahasa Arab yang diposting ke media sosial X.

Avichay Adraee mengatakan utara Gaza merupakan daerah pertempuran militer. Dia mengimbau warga tak mendekati kamp militer.

“Kami mengimbau Anda untuk tidak mendekati pasukan militer dan area-area sebelah utara Lembah Gaza. Luangkan waktu untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan urusan Anda,” imbuh Adraee dalam pernyataannya.

Baca Juga  Serangan Israel Tewaskan Pemimpin Senior hingga Politikus Wanita Hamas

“Area utara Jalur Gaza adalah zona pertempuran dan dilarang untuk tinggal di sana. Perang belum berakhir dan kami mengimbau Anda untuk mematuhi instruksi dan peringatan demi keselamatan Anda,” tegasnya.

Laporan koresponden Al Jazeera Mohammed Jamjoom menyebut bahwa militer Israel telah mengatakan pihaknya memperkirakan Hamas akan berusaha mendorong atau menyerukan warga sipil untuk kembali ke bagian utara Jalur Gaza sehingga Israel bersiap untuk mencegah hal itu terjadi.

Tak hanya itu. Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa Israel  menyebarkan selebaran di wilayah selatan Jalur Gaza yang isinya memperingatkan ratusan ribu pengungsi Palestina agar tidak kembali ke wilayah utara daerah kantong Palestina tersebut.

Sementara seorang jurnalis Associated Press yang ada di lapangan melaporkan dirinya melihat langsung dua mayat dan sejumlah korban luka yang dibawa ke rumah sakit setempat.

Jeda pertempuran selama empat hari yang dimulai pada Jumat (24/11) menandai tonggak penting dalam pertikaian antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung selama hampir dua bulan terakhir.

Diketahui, tindakan tentara Israel yang menembaki warga Palestina ini tidak sesuai dengan kesepakatan perjanjian gencatan senjata yang sudah disetujui antara kubu Israel dan Hamas. Kepala perundingan gencatan senjata dari Qatar, Mohammed Al Khulaifi, mengatakan, tidak ada serangan apa pun yang akan terjadi selama gencatan senjata berlangsung. “Tidak ada gerakan militer, tidak ada ekspansi, tidak ada apa-apa,” katanya.

Baca Juga  Israel Serang Tepi Barat Palestina, 6 Orang Tewas

Pada Kamis (23/11/2023) kemarin Hamas mengatakan, Israel setuju untuk menghentikan lalu lintas udara di Gaza utara dan selatan mulai pukul 10.00 hingga pukul 16.00 setiap hari. Kelompok tersebut menjelaskan Israel setuju untuk tidak menyerang atau menangkap siapa pun di Gaza.

Kesepakatan ini akan membuat orang-orang dapat bergerak bebas di sepanjang Jalan Salah Al Din, jalan utama dengan banyak warga Palestina meninggalkan Gaza utara, tempat Israel melancarkan invasi darat. Hamas juga mengatakan bahwa sayap bersenjatanya dan semua faksi Palestina lainnya akan menghentikan semua aktivitas militer ketika gencatan senjata mulai berlaku.

Selain itu, kata Hamas, 200 truk bantuan dan empat truk bahan bakar akan diizinkan masuk ke Gaza setiap hari. Pengiriman itu sangat berarti bagi warga sipil Palestina yang terhuyung-huyung dalam krisis kemanusiaan akibat pengeboman Israel selama berpekan-pekan dan pembatasan keras terhadap akses terhadap makanan, bahan bakar, listrik, dan air.

Hingga kini belum ada tanggapan apa pun dari pihak Israel terkait pelanggaran kesepakatan yang dilakukan tentaranya itu. (mut/hel)