INDONESIAONLINE – Sebuah video mengerikan yang merekam detik-detik tragis tewasnya empat orang tertabrak kereta api di Karawang, Jawa Barat, mengguncang jagat media sosial X. Peristiwa memilukan yang terjadi pada Minggu pagi (22/9/2024) itu sontak menjadi viral dan memicu keprihatinan publik.
Video yang diunggah oleh akun @sahabat_kereta tersebut memperlihatkan sejumlah orang, termasuk seorang ibu dan anak-anak, berada di atas rel kereta api usai berolahraga. Tanpa menyadari bahaya yang mendekat, mereka tampak riang melambaikan tangan ke arah kereta api yang melintas di sisi berlawanan.
Seorang anak laki-laki bahkan terlihat berdiri di tengah rel, melambaikan tangan dengan gembira. Detik-detik menegangkan tergambar saat sebuah kereta api dari arah berlawanan melaju dengan kecepatan tinggi. Suara peringatan samar “Ih, jangan!” dari salah satu anak terdengar dalam video, namun terlambat.
Kereta Api Fajar Utama Yogya 142 jurusan Pasarsenen – Yogyakarta yang melaju kencang tak dapat mengelak dan langsung menghantam keempat korban hingga tewas di lokasi kejadian. Video tersebut juga menunjukkan ponsel yang terlempar dari genggaman sang ibu, merekam kengerian yang terjadi.
Korban Terseret Hingga Beberapa Kilometer
Tragisnya, salah satu anak korban dilaporkan tersangkut di bagian depan kereta dan terseret hingga beberapa kilometer ke Stasiun Subang. Keempat korban yang merupakan warga Kecamatan Kota Baru, Karawang, tersebut teridentifikasi sebagai:
-
Anita Andini (37),
-
Muhamad Alikhasan (7),
-
Ted Alfarizi (7), dan
-
Sahaman (65).
Peristiwa memilukan ini menjadi tamparan keras bagi masyarakat akan bahaya mematikan yang mengintai di sekitar rel kereta api. Akun @sahabat_kereta dalam unggahannya kembali menegaskan bahwa rel kereta api bukanlah tempat bermain dan wajib dijauhi.
Tragedi ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya kesadaran dan kewaspadaan di sekitar rel kereta api. Diperlukan peran aktif dari berbagai pihak, termasuk keluarga dan institusi pendidikan, untuk terus mengedukasi masyarakat agar tragedi serupa tak terulang di kemudian hari (bn/dnv).