*dd nana veno
1/
Semua akan menuju tepi
dan akhirnya belajar arti sepi.
Agar kita faham bahwa ada warna yang tak selesai
hanya sekedar dinamai.
Serupa cinta, serupa kita yang tak henti
mencuri detak waktu
dan memberinya raga
mimpi-mimpi yang memangku keluh kesah
pada setiap malam yang mempertemukan kita
di gigir gugur nyeri.
Pada saatnya kita akan menuju tepi
dan sepi yang akan mengajari jemari
memulas raga kita dengan warna yang tak akan selesai
hanya sekedar dinamai.
2/
Seseorang berbisik
sebelum pagi rengkah dan gemerisik
perlahan menemukan raga-raga
dengan sorot mata yang membuat kita
serupa para pendosa.
“Pulanglah, sebentar lagi November datang, sayang.
Kita hanyalah figuran dalam kisah rumit ini.”
Memerankan sepasang bangku taman
yang berjauhan
dan setiap malam bermimpi
menjelma para pecinta
yang dikutuk rindu paling rupawan.
“Pulanglah, sebentar lagi November datang, sayang.”
3/
Seseorang mengecup dahimu
lembut dan berkata dalam bisik di telinga
“Siang telah datang, saatnya aku pulang. November sebentar lagi datang, sayang.”
November sebentar lagi datang, kau mengulang-ulangnya
Serupa kumur dengan bunyi air di dalam sumur
paling dalam paling tak tembus pandang
yang terjebak dan tak siap untuk dimuntahkan.
Ya, November sebentar lagi datang
memanjangkan tangannya
yang kerontang dan mencari detak
lembut di dada
yang lama kau berikan pada seseorang
yang kerap berbisik di telinga setelah mengecup dahimu
dengan lembut.
“Percayalah aku mencintaimu, tapi November sebentar lagi datang
dan aku harus pulang sayang.”
4/
Terik itu telanjang dengan segala nyerinya sendiri. Tapi pecinta memilihnya agar faham tak semua hal harus dihentikan. Seberapa pun rindu membuat rambutmu beruban dan melamurkan matamu yang disimpan cermin begitu dalam.”
*hanya penikmat kopi pahit dan tukang wingko