INDONESIAONLINE – Innalillahi wainna Ilaihi rojiun. Faisal Basri, ekonom senior yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), meninggal dunia pada Kamis (5-9-2024) pagi sekitar pukul 03.50 WIB.
Faisal Basri tutup usia di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan. Jenazah akan dibawa ke rumah duka di kompleks Gudang Peluru, Jakarta Selatan.
Pemakaman rencananya dilakukan setelah Ashar dari Masjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
Faisal Basri lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 6 November 1959 dari pasangan Hasan Basri Batubara dan Saidah Nasution. Faisal Basri juga dikenal sebagai salah satu keponakan mantan Wakil Presiden Adam Malik.
Semasa hidupnya, Faisal Basri pernah bersekolah di SMA Negeri 3 Jakarta dan Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Selama menjadi mahasiswa, Faisal aktif di berbagai kegiatan kampus. Salah satunya ketika terlibat dalam gejolak melawan Normalisasi Kegiatan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) era Orde Baru.
Setelah menamatkan S-1, Faisal Basri melanjutkan studinya ke Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat. Ia lulus dari universitas ini pada 1988 dengan gelar magister of arts (MA).
Selain dikenal sebagai pengamat ekonomi, dosen ekonomi, peneliti di Institut for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri berkiprah di dunia politik. Dia menjadi salah satu pendiri Majelis Amanah Rakyat (MARA) yang menjadi cikal bakal berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) saat awal reformasi.
Dari situlah, Faisal ditunjuk sebagai sekretaris jenderal (sekjen) PAN pertama pada 1998-2000. Faisal Basri memutuskan mundur dari PAN pada Januari 2001, namun tetap aktif di politik dengan mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia (PI).
Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012, Faisal Basri maju sebagai calon gubernur melalui jalur independen. Tetapi, ia kalah dengan pasangan calon lainnya, yaitu Joko Widodo, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid.
Kepakaran di bidang ekonomi pernah mengantarkan Faisal Basri sebagai pakar ekonomi pada P3I DPR RI pada 1994–1995. Ia juga dipercaya sebagai tenaga ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Ditjen Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi pada 1995-1999. Semasa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Faisal Basri pernah ditunjuk sebagai tim ahli Satuan Tugas Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). (red/hel)