INDONESIAONLINE – Bukan hanya sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Indonesia (UII) yang menyampaikan keresahannya jelang Pemilu 2024. Kini giliran puluhan guru besar dan alumni Universitas Indonesia (UI) yang menyampaikan keprihatinan atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi.

Adapun keresahan para sivitas akademika UI itu disampaikan di Halaman Rektorat Kampus UI, Depok, Jawa Barat pada Jumat (2/2/2024). Ketua Dewan Guru Besar UI dijabat oleh Prof. Harkristuti Harkrisnowo menyampaikan bahwa UI adalah kampus perjuangan. Di mana UI telah melahirkan para petarung yang berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai peristiwa berat bangsa ini. “Para pendahulu kami, bahkan telah menumpahkan darahnya: Arif Rahman (1965), Yun Hap (1998), dan tak terbilang yang dipenjara tanpa pengadilan tahun 1974 dan 1978 karena menolak penguasa otoritarian,” ungkapnya.

“Sungguhpun nampak diam, tenggelam dalam kerja-kerja akademik di ruang kelas, ruang seminar, laboratorium, berdiam diri dalam tumpukan buku, atau menulis gagasan di ujung pena; tetapi kami tetap mewaspadai hidupnya demokrasi dan mewaspadai kedaulatan tetap di tangan rakyat,” sambungnya.

Harkristuti menilai dalam lima tahun terakhir, khususnya jelang Pemilu 2024, UI kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak. “Negeri kami nampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa,” ungkapnya.

Baca Juga  Dikunjungi Jokowi, Mi Gacoan Jadi Trending X

“Kami, Warga dan Alumni Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. Hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme telah menghancurkan kemanusiaan, serta merampas akses keadilan kelompok miskin terhadap hak pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan berbagai kelayakan hidup,” imbuhya.

Menurut Harkristuti, keserakahan atas nama pembangunan tanpa naskah akademik berbasis data, tanpa kewarasan akal budi dan kendali nafsu keserakahan, telah menyebabkan semakin punahnya sumberdaya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut, memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa.

“Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di pinggir sungai, danau dan pantai, ada orang-orang, flora dan fauna, dan keberlangsungan kebudayaan masyarakat adat, bangsa kita,” ujarnya.

“Kami resah dan geram atas sikap dan tindak laku para pejabat, elit politik dan hukum yang mengingkari sumpah jabatan mereka untuk menumpuk harta pribadi, dan membiarkan negara tanpa tatakelola dan digerus korupsi, yang memuncak menjelang Pemilu. Kami cemas kegentingan saat ini akan bisa menghancurkan masa depan bangsa,” sambungnya.

Baca Juga  Julianto Eka Putra SPI Ditahan, Komnas PA: Hadiah untuk Anak Indonesia

Oleh karenanya, Harkristuti sebagai perwakilan sivitas akademika UI menuntut beberapa hal, sebagai berikut:

1. Mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi.

2. Menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan, berlangsung jujur dan adil.

3. Menuntut agar semua ASN, Pejabat Pemerintah, TNI dan Polri dibebaskan dari paksaan untuk memenangkan salah satu pasion.

4. Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh tanah air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di wilayah masing-masing.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, UII juga mengeluarkan petisi menuntut Jokowi untuk berhenti menyalahgunakan kekuasaan untuk kebutuhan Pilpres.

Sementara UGM menilai jika Jokowi sebagai alumni UGM telah keluar dari jalur nilai-nilai UGM. “Pelanggaran etik di MK, keterlibatan sejumlah aparat penegak hukum yang sangat nyara dalam proses demokrasi,” kata Prof. Koentjoro. (bin/yak)