INDONESIAONLINE – Kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak dan rudal skala besar di Laut Merah. Serangan itu digambarkan sebagai yang terbesar dalam koridor pelayaran internasional.

Juru bicara militer Yahya Saree mengatakan “sejumlah besar” rudal dan drone menargetkan kapal Amerika Serikat (AS) yang “memberikan dukungan” kepada Israel selama perang melawan Hamas di Gaza.

“Angkatan laut, kekuatan rudal, dan angkatan udara tak berawak angkatan bersenjata Yaman melakukan operasi militer gabungan dengan sejumlah besar rudal balistik dan angkatan laut serta drone,” katanya dalam pernyataan di X, sebelumnya Twitter, dikutip Kamis (11/1/2024)

Sementara pada Rabu waktu setempat, militer AS mengatakan pasukan Amerika dan Inggris menembak jatuh 18 drone dan tiga rudal yang diluncurkan oleh Houthi menuju jalur pelayaran di Laut Merah.

Saree tidak menyebutkan waktu atau lokasi serangan tersebut, namun seorang pemimpin Houthi, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa kejadian tersebut adalah kejadian yang sama.

Terpisah, Tawfiq Al-Humairi, penasihat Kementerian Informasi Houthi, mengatakan kepada AFP bahwa “serangan ini dianggap yang terbesar yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Yaman” sejak dimulainya kampanye Laut Merah terhadap kapal-kapal yang mereka anggap terkait dengan Israel.

Baca Juga  Presiden AS Janji Bantu Palestina dan Israel, Sebut Ledakan Rumah Sakit akibat Roket Militan Gaza 

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps juga mengatakan itu adalah “serangan terbesar… hingga saat ini” yang dilakukan kelompok Houthi di Laut Merah.

Para pemberontak, yang merupakan bagian dari kelompok “poros perlawanan” yang dibentuk melawan Israel, telah melancarkan lebih dari 100 serangan drone dan rudal di Laut Merah selama perang yang sedang berlangsung di Gaza, menurut angka Pentagon.

Diketahui, serangan yang dilakukan Houthi di Laut Merah telah menyebabkan perusahaan pelayaran menghindari Terusan Suez – sumber pendapatan utama bagi Mesir ketika negara itu sedang berjuang menghadapi krisis ekonomi yang parah.

Angka Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan 35% lebih sedikit kargo yang diangkut melalui Terusan Suez pada minggu pertama 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Para analis mengatakan dampak finansial, meskipun terbatas untuk saat ini, akan sangat merugikan jika serangan Houthi terus menghambat lalu lintas melalui arteri maritim utama yang menghubungkan Eropa dan Asia tersebut.

Baca Juga  Negara-Negara Arab Desak AS Minta Israel Gencatan Senjata di Gaza

Jalur air buatan – yang resmi dibuka pada 1869 – sangat penting bagi Mesir, menghasilkan biaya transit sebesar US$9,4 miliar pada tahun fiskal 2022/23.

Sejak kelompok Houthi yang didukung Iran mulai menyerang kapal-kapal sebagai respons terhadap pemboman Israel di Jalur Gaza, perusahaan-perusahaan memilih rute yang jauh lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan di Afrika.

Rute yang mengelilingi Afrika mengalami lonjakan kargo sebesar 67,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kata PortWatch IMF.

Mengutip situasi yang sangat fluktuatif, yang telah meningkatkan biaya asuransi, raksasa pelayaran Denmark Maersk mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya akan mengalihkan semua kapal menjauh dari Laut Merah di “masa mendatang.”

Sejak 18 November, 25 kapal komersial telah diserang di Laut Merah bagian selatan dan Teluk Aden, menurut militer AS. (mut/hel)