INDONESIAONLINE – Ronald Read sempat membuat heboh publik Amerika Serikat (AS) pada 2014 lalu. Sebab, pria sederhana yang bekerja sebagai petugas kebersihan alias cuci piring di sebuah perusahaan di Los Angeles, California, itu meninggal dunia dengan tabungan miliaran rupiah.

Kisah Ronald Read pun diangkat dalam sebuah ulasan media terkemuka AS, Wall Street Journal, hingga ditulis dalam sebuah buku berjudul Psychology of Money karya Morgan Housel.

Melansir akun X @txtfromkeuangan, dari kisah Ronald Read, bisa belajar bahwa di usia pensiun tak mesti punya bisnis, namun bisa belajar investasi meskipun baru dimulai usia 38 tahun.

“Punya uang miliaran pas pensiun, ga musti harus berbisnis. Bisa belajar dari Ronald Read, seorang cleaning service yang punya harta USD 8 jt di usia pensiunnya. Padahal baru start investasi di usia 38 Tahun,” tulis akun tersebut.

Akun tersebut juga menuliskan beberapa hal yang bisa dicontoh dari Ronald Read semasa hidup. Salah satunya karena dia rajin belajar investasi dengan membaca buku.

“Respek bgt sama habit beliau semasa hidup. Sebab : 1) Meski baru berinvestasi di usia 38, beliau rajin bgt baca buku tentang investasi maupun informasi seputar emiten yg beliau pilih; 2) Ga memilih instrumen investasi yg beliau gak ngerti,” ungkapnya.

Baca Juga  Deretan Negara di Dunia yang Rayakan Tahun Baru Bukan di 1 Januari, Mana Saja?

Menurut akun tersebut, dari 95 emiten saham yang dipilih Ronald Read,  tidak ada perusahaan teknologi. Alasannya sederhana, karena Ronald Read tidak memahami teknologi.

“Di akhir usianya, beliau berhasil mengumpulkan USD 8 jt,  yg 75% nya disumbangkan ke rumah sakit dan perpus tempat beliau menghabiskan masa tuanya,” ujarnya.

“Waktu baca cerita ini, wangmin mengambil 1 hikmah. Kaya raya itu ga lahir dari kerja keras aja, tapi juga dari pengetahuan dan ketekunan,” pungkas akun tersebut.

Ronald lahir di Vermont, Amerika Serikat,pada tahun 1921. Ia berasal dari keluarga sederhana dan tidak memiliki pendidikan tinggi. Setelah lulus SMA, Ronald bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat dan bertugas di Italia sebagai polisi militer.

Sekembalinya dari perang, Ronald bekerja serabutan untuk menghidupi dirinya. Ia pernah bekerja sebagai tukang cuci piring, penjaga toko, montir di sebuah SPBU, dan akhirnya sebagai petugas kebersihan di sebuah perusahaan.

Selama bekerja dengan gaji kecil, Ronald memiliki kebiasaan menabung dan berinvestasi. Ia rajin membaca buku tentang investasi dan mempelajari berbagai strategi untuk mengembangkan uangnya.

Baca Juga  Mengenal Papeda, Warisan Budaya Indonesia yang Tampil di Google Doodle Hari Ini

Ronald juga memilih untuk hidup hemat dan sederhana. Dia menginvestasikan sebagian besar gajinya di saham. Portofolio sahamnya sangat terdiversifikasi. Saat meninggal dunia, ia tercatat memiliki 95 saham.

Selama bertahun-tahun, Ronald dengan sabar dan konsisten berinvestasi. Ia tidak pernah tergoda untuk mengambil untung cepat dan selalu berpegang pada strategi investasi jangka panjang dan menghindari sikap capital gain.

Tak hanya itu. Ronald juga sering melakukan reinvestasi. Artinya dia tidak mengambil dividen yang diberikan dan justru membelikan kembali saham. Alhasil, jumlah saham yang ia miliki terus bertambah banyak. Makanya dia lebih senang mengoleksi saham yang sering memberikan dividen.

Ketekunan dan disiplinnya membuahkan hasil. Ketika Ronald meninggal pada tahun 2014 di usia 92 tahun, ia meninggalkan kekayaan senilai USD 8 juta atau sekitar Rp 124,8 miliar dengan kurs saat ini. Keluarga dan tetangganya pun kaget dengan apa yang diwariskan Ronald Read dan tak percaya seorang yang hidupnya sederhana menghasilkan uang sebanyak itu.

Lebih menyentuh lagi, dari total warisan Ronald Read tersebut, sekitar 75% disumbangkan kepada rumah sakit tempat ia menjalani sisa hidup senjanya dan juga diberikan kepada perpustakaan dekat rumahnya. (bin/red)