INDONESIAONLINE – Larangan menjual nasi maupun olahan beras lainnya di Desa Randegan, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) membuat banyak orang penasaran. Jika nekat menjual nasi atau olahannya, taruhannya nyawa

Rasa penasaran terkait larangan jual nasi itu membuat akun TikTok @beritaseputarsidoarjo mencoba mencari jawaban soal larangan jualan nasi di Desa Randegan dengan datang langsung ke desa tersebut.

Ternyata memang benar, tidak ada pedagang yang menjual nasi atau olahan nasi di desa tersebut.

“Permisi pak, izin tanya nih, benaran ta di daerah Randegan ini ngga bisa jualan nasi gitu?,” tanya pria dalam video kepada penjual degan di Desa Randegan.

“Iya gak bisa, karena sudah dari leluhur nenek moyang yang babat alas desa sini,” jawab pedagang es degan dalam video @beritaseputarsidoarjo.

Akhirnya pria dalam video tersebut menuju ke makam leluhur yang membabat alas daerah Randegan.

Baca Juga  Pohon Pisang Terbesar di Dunia Ini Hanya Tumbuh di Papua

“Nah ini dia adalah makam dari Mbah Cokro, salah satu sesepuh yang membabat alas di daerah ini,” ungkap pria tersebut dengan menunjukkan makam Mbah Cokro.

Mbah Cokro dan Larangan Jual Nasi

Melalui juru kunci di makam Mbah Cokro terkuak terkait larangan tersebut. Menurutnya, Mbah Cokro ini dulunya syiar agama di kawasan sini.                       

“Pantangannya itu dulu gak boleh jualan nasi. Kemungkinan karena dulu di sini ada yang jualan nasi. Sehingga orang kampung sini gak boleh jualan nasi. Boleh sih boleh, cuma akibatnya, kalau ngga uangnya habis ya orangnya yang habis (meninggal dunia),” ujar juru kunci Mbah Cokro.

Lebih lanjut, pria dalam video juga menjelaskan bahwa ada rentetan peristiwa yang terjadi sehingga membuat masyarakat Desa Randegan percaya bahwa larangan jualan nasi di kawasan ini bukan hanya isapan jempol belaka.

Baca Juga  Pakar Supranatural Ungkap Alasan Pesugihan Tuyul Tak Bisa Curi Uang di Bank dan Mesin ATM 

“Ucapan orang dulu itu, kalau misalnya dia ngucap gak boleh, ya gausahlah. Pernah itu teman saya jualan nasi. Dia asli sini, dan suami daerah Banyuwangi, jualan nasi memang lakunya gak kira-kira. Keuntungan bagus. Tapi ya gak lama. Setahun dua tahun udah mulai sakit-sakitan. Akhirnya jadi meninggal,” ungkap juru kunci Mbah Cokro.

“Semua adalah kersane Allah, tapi kan ada musababnya,” imbuh juru kunci Mbah Cokro.

Dari konten ini, pria dalam video akun tersebut memetik pelajaran bahwa pentingnya menjaga adat istiadat setempat.

“Kita bersyukur akan luar biasanya Indonesia punya beragam budaya yang berbeda di setiap daerahnya dan semoga tetap lestari. Mari kita jaga bersama,” pungkas pria dalam video tersebut (bn/dnv).