INDONESIAONLINE – Siapa pun, mungkin, pernah makan lemper. Kue itu adalah panganan tradisional populer yang terbuat dari beras ketan.

Lemper adalah panganan tradisional yang berbentuk seukuran genggaman tangan dan dibungkus dengan daun pisang sehingga aromanya khas.

Bahan utama untuk membuat lemper adalah beras ketan yang dimasak dengan santan kelapa.

Namun, lemper bukan hanya makanan untuk pengganjal perut. Makanan tradisional ini juga memiliki filosofi yang kental.

Dilansir dari akun Tiktok @goodnewsfromindonesia, belum diketahui secara pasti siapa serta darimana asal mula makanan ini. Tetapi, kue ini sangat kental dengan masyarakat Jawa, terutama Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Mulanya, makanan ini terbuat dengan isian parutan kelapa muda yang sudah mereka bumbui. Namun, seiring berjalannya waktu, isian lemper berubah menjadi cincangan daging seperti ayam, sapi, atau ikan.

Bagi orang Jawa, lemper ternyata tak hanya sekadar makanan, tetapi mempunyai nasihat yang mendalam. Di lemper terdapat sebuah falsafah yakni yen dilem atimu ojo memper yang artinya jika disanjung, jangan tinggi hati atau sombong.

Baca Juga  Bhagavad-Gita Menurut Aslinya: Senyawa Ideal antara Bahasa dan Pengalaman Rohani

Lemper yang mempunyai tekstur lengket juga melambangkan persaudaraan erat. Lemper yang dihidangkan krpada sanak saudara atau tamu yang hadir juga dimaksudkan agar tali persaudaraan semakin erat.

Kehadiran dua tusuk bambu sebagai simbol Rukun Islam dan Rukun Iman. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus yang melambangkan hal yang tidak baik atau sifat buruk, semakin menambah makna mendalam dari acara tersebut.

Saat seseorang akan menikmati lemper, membukanya terlebih dahulu menjadi sebuah simbol untuk membersihkan diri dan membuang hal yang tidak baik, mengajarkan tentang pentingnya membersihkan hati dan pikiran agar mencapai kemuliaan dalam hidup.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa lemper merupakan lambang rezeki yang akan melekat. Sehingga, dalam hajatan, makanan ini menjadi lambang rezeki yang akan terus berdatangan. Karena itu, lemper selalu ada dalam acara penting.

Baca Juga 
Viral Kalimat "Created by the Poor Stolen by the Rich" untuk Sindir Baim Wong, Ternyata Berasal dari Fans Klub Ini

Makanan ini menjadi salah satu sajian wajib ritual Rebo Pungkasan. Upacara tersebut dilakukan pada Rabu akhir dari bulan Safar sebagai peringatan pertemuan Kiai Usman Faqih (tokoh agama di Pleret) dengan Sri Sultan Hamengkubuwana I.

Dalam beberapa acara penting di Jawa, lemper juga tak pernah absen menemani keseruan hajatan. Bagi orang Jawa, pemilihan lemper memang tak hanya rasanya enak, tetapi ada simbol ajaran para leluhur.

Saat ini, lemper telah memiliki banyak versi. Lemper tidak hanya bisa kita nikmati dalam versi tradisionalnya. Namun kini lemper juga ada banyak variasi modern yang tak kalah enak, seperti lemper bakar, lemper goreng tepung, dan lemper ketan hitam.

Semua variasi lemper ini sangat lezat dan cocok jika kita jadikan sebagai teman minum teh yang bisa kita nikmati bersama keluarga tercinta. (bin/hel)