Lewat Nasi Liwet Ajaib Juru Kiting, Mataram Taklukkan Madura

INDONESIAONLINE – Lewat nasi liwet ajaib Juru Kiting, Mataram menaklukkan kerajaan Madura. Begitulah Babad Tanah Djawi menuliskan peran penting Juru Kiting dalam pertempuran alot antara pasukan Mataram dan Madura, 1624.

Kehadiran Juru Kiting dalam pertempuran didasari perlawanan Madura yang gigih. Bahkan, pasukan Mataram kewalahan dalam menaklukkan Madura.

Serat Kandha mengabarkan pertempuran antara Mataram dan Madura berlangsung sengit. Mataram membagi angkatan perang dalam empat formasi. Posisi kiri ditempati tentara dari mancanegara dan sebelah kanan dikomando Pangeran Sumedang dan Adipati Pragola dari Pati.

Di lini tengah berdiri para pamajegan Mataram di bawah pimpinan Adipati Sujanapura. Di barisan belakang berdiri para pasukan-pasukan Mataram beserta keluarga raja. Pertempuran antara dua kubu berlangsung selama kurang lebih 12 jam. Pasukan Madura kewalahan dengan serangan Mataram dan melarikan diri namun belum kalah.

Berhari-hari pertempuran berlangsung Mataram belum juga berhasil mengalahkan Madura. Sebanyak 400 tentara terpilih dari Madura berhasil memasuki pondok peristirahatan pasukan Mataram dan membunuh banyak prajurit musuh. Panglima Mataram bertarung satu lawan satu dengan Adipati Pamekasan dengan hasil tanpa pemenang, keduanya meregang nyawa.

Mulai letih dan banyak pasukan yang tewas, pasukan Mataram kemudian mengirim Pangeran Silarong untuk pulang menghadap Sultan Agung. Bantuan kemudian dikirim dari Mataram.

Sultan Agung juga mengirimkan Juru Kiting, putra Adipati Mandaraka yang sudah wafat.  Juru Kiting dikirim atas permintaan langsung dari Silarong.

Saat itu Juru Kiting sudah berusia lanjut, tapi sangat dihormati oleh petinggi dan pasukan Mataram yang terjun dalam peperangan.

Baca Juga  Kisah Tragis The Sin Nio: Pejuang Kemerdekaan yang Jadi Gelandang

Selain keturunan dari tokoh besar, Juru Kiting juga adalah seorang petapa. Juru Kiting berhasil memberikan suntikan energi baru bagi pasukan Mataram yang terjun dalam perang besar di pulau garam.

Nasi Liwet Ajaib

Juru Kiting yang sudah renta itu pantas disebut sebagai tokoh kunci kemenangan Mataram atas Madura. Di tengah-tengah peperangan, Juru Kiting menyuruh membuat nasi liwet yang pada akhirnya menjadi nasi ajaib .

Nasi dibagikan rata oleh Juru Kiting kepada seluruh prajurit. Selanjutnya, Juru Kiting yang duduk di atas tandu dipikul mengelilingi pasukan tiga kali.

Pasukan Mataram diperintahkan melihat ke atas dan kemudian melihat ke bawah. Keajaiban benar-benar terjadi, pasukan Mataram menjadi lebih berani dan dalam pertempuran selanjutnya berhasil meraih kemenangan atas Madura.

Kabar mengenai kesaktian Juru Kiting mendadak jadi hantu bagi seluruh prajurit Madura. Pasukan Mataram yang menaklukkan Madura kemudian membawa Adipati Madura bersama 1.000 pengikut dan Adipati Balega ke Mataram.

Penerus Baru Madura

Politik invasi Mataram menguasai Madura berakhir mengerikan. Tak satupun raja-raja Madura yang hidup, seluruhnya tewas di tangan pasukan Mataram.

Satu-satunya pangeran yang masih hidup adalah Raden Prasena dari Kerajaan Arosbaya. Raden Prasena dijadikan tahanan perang setelah Madura ditaklukkan.

Sultan Agung berhati baik, ia kemudian mengangkat Prasena sebagai abdi dalem. Raden Prasena berjiwa besar, ia menutup luka dendamnya dan dengan jiwa besar dan penuh ketegaran menerima jalan kehidupannya sebagai abdi dalem Mataram.

Baca Juga  Perang Saudara dan Penodaan Makam: Kisah Pangeran Sambernyawa

Raden Prasena memainkan perannya sebagai abdi dalem Mataram dengan baik dan dengan loyalitas tinggi. Integritasnya berhasil memikat hati Sultan Agung.

Sultan Agung kemudian menjadikan Prasena sebagai anak angkat. Sebagai anak angkat, Prasena memiliki hak dan perlakuan sama dengan putera raja yang lain.

Nasib Prasena semakin mujur setelah Sultan Agung mengangkatnya sebagai penguasa Madura di bawah kekuasaan Mataram, 23 Desember 1624. Ia bergelar Pangeran Cakraningrat I

Sultan Agung juga menikahkan Prasena dengan adiknya yaitu Kanjeng Ratu Ibu yang terhitung masih keturunan Sunan Giri. Raden Prasena yang bergelar Cakraningrat I memimpin Madura dengan mendirikan keraton di Sampang.

Di satu sisi, perlakuan baik Sultan Agung kepada Raden Prasena ini merupakan bukti jika Mataram ingin menjalin hubungan yang baik dengan Madura.

Mataram menganggap Madura bukan sebagai daerah jajahan, melainkan sebagai bagian penting dari kerajaan mereka yang beribu kota di Kotagede.

Dari pernikahannya dengan Ratu Ibu, Cakraningrat I memiliki beberapa putra-putri yaitu Raden Ario Admodjonegoro, Raden Oendakan dan Ratu Martopati. Cakraningrat I juga memiliki beberapa putra-putri dari selir yaitu Raden Demang Molojo, Pangeran Saring Argo Podjok, Raden Sumotonojo, Raden Mantri, Raden Maospati, Ratu Megatsari, Raden Ayu Weronolo dan Raden Ayu Rondo.

Dari seluruh putra-putri Cakraningrat I, Raden Demang Molojo yang lahir dari istri selir kelak di kemudian hari menurunkan seorang petarung tangguh dari Madura. Ksatria sejati itu tak lain adalah Raden Trunojoyo (ar/dnv).