JATIMTIMES – Jelang pemilihan ketua umum PBNU, pengasuh Ponpes Metal Moeslim Alhidayat Gus Nurkholis Almaulani bersuara. Terutama tentang dikhawatirkannya ada campur tangan pihak asing dalam proses pemilihan pimpinan di ormas Islam terbesar di Indonesia ini.

Gus Nurkholis menyatakan bahwa NU memiliki saham terbesar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Kita berharap saham ini tidak terpecah-pecah hingga menjadi kecil dengan berbagai macam kepentingan,” ujarnya ditemui di lokasi sekitaran Muktamar Ke-34 NU di Lampung.

NU menurut Gur Nurkholis, memiliki peran sentral di Indonesia. Yakni, dalam menjaga stabilitas keamanan negara serta dalam kemajuan bangsa. Sehingga jika NU sampai dirusak, dikhawatirkan bisa berdampak buruk mendalam kepada negeri ini.

Baca Juga  26 Rumah dan 2 Masjid Rusak Dihantam Angin Kencang

“Ketika sudah tercampur dengan  kekuasaan asing ataupun oleh orang-orang yang ingin menguasai saham, maka Indonesia akan terancam ekonominya, budayanya, karakternya, serta bisa jadi persatuan dan kesatuannya,” ucap dia.

Pada muktamar kali ini, Nurkholis berharap sangat agar tidak ada satu pun orang yang berusaha untuk merebut saham. Apalagi jika sampai ada yang berusaha menjualnya.

Sebab itu, dalam proses pemilihan ketua umum kali ini, Nurkholis menekankan untuk diteliti betul sosok calon yang akan dipilih nantinya. “Harus berpikir dengan hati nurani. Tanpa ada campur tangan partai politik atau kekuasaan. Karena saya melihat di Lampung ini seperti pemilihan partai politik yang sudah di-setting dengan kekuatan,” lanjutnya.

Baca Juga  Ibunya Kerja, Siswa Kelas 5 SD Membawa Dua Adik Balitanya ke Kelas

Indikasi yang terlihat oleh Gus Nurkholis saat ini adalah seperti adanya klaim-klaim akan menang dan memiliki suara terbanyak. “Klaim-klaim dan segala macam ini jauh dari sifat dan karakter santun dan bukan ciri khas NU sekali,” beber dia.

Nurkholis juga khawatir apabila nanti sampai ada yang melakukan pemberian bisyaroh atau bisa juga disebut money politics. “Dengan mengeluarkan biaya ratusan miliar, maka perlu untuk dipahami. Kita tahu tidak ada makan siang gratis. Apa pun yang diberikan oleh para penyandang dana di belakang calon akan ditagih kembali,” imbuhnya.

“NU tidak untuk diperdagangkan. Tetapi NU diperjuangkan dengan khidmah dan dengan nilai-nilai akhlakul karimah,” pungkasnya.



M. Bahrul Marzuki