INDONESIAOLINE – Kata Ordal (orang dalam) yang dilontarkan calon presiden (capres) nomor urut satu Anies Baswedan dalam debat beberapa waktu lalu, jadi senjata kritiknya.

Anies terus menyuarakan praktik ordal dalam kampanyenya. Termasuk saat menghadiri diskusi santai dengan ratusan penyandang disabilitas se-Jabodetabek di Islamic Centre Kota Bekasi, Jumat (15/12/2023).

Menurutnya, fenomena Ordal telah terjadi di mana-mana. Karenanya proses meritokrasi harus segera diterapkan di seluruh Indonesia. Artinya, penempatan seseorang pada posisi tertentu harus berdasarkan keahlian atau seleksi prestasi.

Lebih lanjut, Anies mengatakan, maraknya modus ordal terjadi karena fenomena meritokrasi di Indonesia kini sudah tergeser dengan orang-orang yang punya koneksi untuk dapat promosi dan posisi.

Baca Juga  Ratusan Pegiat Budaya di Lamongan Deklarasi Cak Imin Capres 2024

“Menghentikannya (fenomena ordal) dari mana? dari puncak. Kalau yang puncak berhenti mempraktekkan, maka ke bawah mereka bilang ya negeri ini diatur pakai prestasi, pakai meritokrasi. Tapi kalau yang di puncak itu mempraktekkan ordal, maka yang ke bawah, seperti yang saya bilang dalam debat, wong di Jakarta saja pakai ordal apalagi kami,” terang Anies.

Asal Ordol

Frasa ordol (orang dalam) Anies Baswedan awalnya dari pernyataan untuk pasangan Prabowo-Gibran. Capres nomor urut satu itu menyinggung keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres-cawapres.

Seperti diketahui, putusan MK tersebut menjadi jalan mulus bagi Gibran maju sebagai cawapres.

Namun, putusan tersebut dinilai sebagai pelanggaran berat oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) karena ada konflik kepentingan. Anies menyebut ini sebagai fenomena ordal (orang dalam) dan hilangnya meritokrasi.

Baca Juga  Gerindra - PKB Sepakati Prabowo Subianto Capres 2024, Segera Deklarasi Dalam Waktu Dekat

Menurutnya, fenomena ordal telah diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Ia mengecam fenomena ini menjadi sesuatu yang menyebalkan.

“Mau ikut kesebelasan ada ordal-nya. Mau jadi guru ada ordal. Mau daftar sekolah ada ordal. Mau dapat tiket konser, ada ordal. Ada Ordal di mana-mana yang membuat meritokratik tidak berjalan yang membuat etika luntur,” ujar Anies (ina/dnv).