INDONESIAONLINE – Desa Legetang merupakan desa yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, menyimpan sejarah kelam yang hingga kini masih menjadi misteri. Desa ini dikabarkan hilang ditelan bumi dalam semalam pada tahun 1955, dan peristiwa ini sering dikaitkan dengan kisah kaum Sodom dalam Al-Qur’an.

Sebelum tragedi longsor, Desa Legetang dikenal sebagai desa yang makmur dengan hasil panen melimpah. Mayoritas penduduknya adalah petani yang hidup sederhana.

Seiring waktu, muncul cerita tentang perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sebagian penduduk desa. Mereka diisukan gemar berjudi, mabuk-mabukan, dan melakukan perbuatan maksiat, seperti kaum Sodom yang dilaknat Allah SWT.

Pada tanggal 18 Februari 1955, hujan deras mengguyur kawasan Dieng selama beberapa hari. Hujan ini menyebabkan tanah di sekitar Desa Legetang menjadi labil.

Baca Juga  Sejarah Makan Siang Gratis: Dari Taktik Bar hingga Program Sekolah

Pada malam tanggal 19 Februari 1955, terjadilah longsor dahsyat yang menimbun Desa Legetang. Konon, longsor ini terjadi secara tiba-tiba dan disertai dengan suara gemuruh yang menggelegar.

Longsor tersebut menyebabkan seluruh penduduk Desa Legetang terkubur hidup-hidup. Diperkirakan sekitar 200 orang tewas dalam tragedi ini.

Hanya beberapa orang yang berhasil selamat karena mereka sedang berada di luar desa saat longsor terjadi.

Upaya pencarian korban dilakukan selama beberapa hari. Namun, karena medan yang sulit dan minimnya peralatan, pencarian tidak membuahkan hasil maksimal. Hingga saat ini, jenazah para korban longsor masih terkubur di bawah tanah.

Tragedi hilangnya Desa Legetang kemudian dikaitkan dengan kisah kaum Sodom dalam Al-Qur’an. Masyarakat percaya bahwa azab Allah SWT menimpa desa tersebut karena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh sebagian penduduknya.

Baca Juga  Rekomendasi Film Tentang Kemerdekaan

Meskipun cerita tentang Desa Legetang dan kaum Sodom telah menjadi legenda di Dieng, terdapat beberapa pihak yang meragukan kebenarannya. Mereka berargumen bahwa hilangnya desa tersebut lebih disebabkan oleh faktor alam, seperti longsor dan gempa bumi.

Saat ini, lokasi Desa Legetang hanya ditandai dengan sebuah tugu peringatan. Tugu ini didirikan untuk mengenang para korban tragedi longsor (ina/dnv).