INDONESIAONLINE – Dilansir dari berbagai sumber, Joko Pangon merupakan seorang pemuda gagah berani yang konon berasal dari Mataram Islam. Kedatangannya ke wilayah Blitar diselimuti misteri, namun beberapa versi cerita rakyat menyebutkan bahwa ia melarikan diri dari Mataram karena terlibat dalam perebutan tahta kerajaan.

Joko Pangon mengembara ke wilayah selatan Jawa Timur dan tiba di sebuah desa kecil bernama Randu Putih. Di sanalah ia bertemu dengan seorang janda tua bernama Swansan yang kemudian mengangkatnya sebagai anak.

Joko Pangon dikenal sebagai seorang pekerja keras dan memiliki watak yang jujur. Ia membantu Swansan mencari nafkah dengan menjadi penggembala kerbau di hutan belantara. Keuletan dan ketelatenannya dalam merawat kerbau membuatnya disegani oleh penduduk desa.

Kisah Cinta dengan Roro Anom

Baca Juga  Udeng Joko Pangon Dikukuhkan Sebagai Simbol Identitas Budaya Kota Blitar

Kecantikan dan kelembutan hati Roro Anom, putri Ki Ageng Bendo, menarik perhatian Joko Pangon. Kisah cinta mereka berkembang di tengah kesederhanaan. Namun, kebahagiaan mereka diuji oleh ambisi Ki Ageng Bendo yang ingin menjodohkan putrinya dengan Raden Wiranegara, seorang bangsawan dari Kediri.

Ki Ageng Bendo menantang Joko Pangon untuk bertarung dalam adu kesaktian. Dengan tekad dan keberaniannya, Joko Pangon berhasil mengalahkan Raden Wiranegara dalam pertarungan sengit. Kemenangannya mengantarkannya pada pernikahannya dengan Roro Anom.

Joko Pangon dan Roro Anom kemudian membangun sebuah desa baru di wilayah hutan yang ia babat. Desa tersebut dikenal dengan nama “Gedog”, yang konon berasal dari kata ” kandang kerbau”, tempat Joko Pangon memelihara kerbaunya.

Sebagai rasa bakti kepada gurunya, Ki Ageng Bendo, Joko Pangon membangun sebuah candi yang megah di desa tersebut. Candi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Candi Gedog”.

Baca Juga  Amanat 5 September: Gabungnya Keraton Ngayogyakarta ke Pemerintah RI

Kisah Joko Pangon diwarnai dengan tragedi. Keharmonisan rumah tangganya diuji dengan fitnah dan pengkhianatan. Atas tipu muslihat Ki Ageng Bendo, Joko Pangon dibunuh secara kejam.

Misteri dan Warisan Budaya

Kematian Joko Pangon meninggalkan misteri dan legenda yang masih diceritakan hingga saat ini. Sosoknya dikenang sebagai pahlawan yang gagah berani, pekerja keras, dan penuh kasih sayang.

Legenda Joko Pangon menjadi bagian penting dari budaya dan sejarah Kota Blitar. Udeng Joko Pangon, kain penutup kepala tradisional yang terinspirasi dari kisahnya, dikukuhkan sebagai simbol identitas budaya Kota Blitar pada tahun 2024.