INDONESIAONLINE – Sejak terkena pandemi covid-19, kondisi peternak ayam petelur di Banyuwangi mengalami pasang surut. Sebelum pandemi, populasinya luar biasa mencapai 2 juta ekor.

Menurut kepala Dinas Pertanian Banyuwangi melalui Kabid Budidaya dan Usaha Ternak Abdurrazak, ketika pandemi covid-19 melanda, ada penurunan populasi yang disebabkan  banyak faktor sehingga mengalami penurunan sampai 1,4 juta ekor.

“Berdasarkan data yang ada  dalam  bulan ini menurun tinggal kurang lebih sekitar 1,3 juta karena dipicu oleh mahalnya bahan baku pakan ternak. Selain itu, disebabkan daya beli masyarakat yang rendah. Hal ini terjadi secara menyeluruh sehingga menyebabkan inflasi di Banyuwangi,” jelas Abdurrazak di ruang kerjanya pada Kamis (02/02/2023).

Dia menuturkan dengan jumlah populasi ayam yang ada, produksi telur di Banyuwangi sekitar 12.797 ton per tahun. Sedangkan kebutuhan telur sekitar 11.329 ton per tahun sehingga masih ada surplus 1.486 ton per tahun.

Kondisi semakin berkurangnya jumlah ayam petelur  karena tidak sedikit para peternak ayam petelur dalam skala kecil  tidak melakukan usaha lagi. Masalah tesebut menjadi salah satu bahan program bidang budidaya dan usaha ternak  agar mitra-mitra kecil bisa bangkit kembali.

“Sedangkan mitra besar kami masih tetap eksis. Alhamdulillah dalam pandemi kemarin itu ada perusahaan baru di Banyuwangi dengan kapasitas  200 ribu ekor di Kecamatan Kalibaru. Perusahaan ini berasal dari Korea,” tambahnya.

Baca Juga  Bupati Bojonegoro Luncurkan Duren Varietas Lokal, Durian Mugit dan Pandan Arum

Keberadaan perusahaan tersebut sangat membantu sehingga populasi ayam petelur  cukup memadai. Selain itu, stok telur di Banyuwangi sangat cukup sehingga tidak perlu mengambil dari luar.

Adapun persiapan menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri, stok telur  masih cukun. Namun  meskipun suplai seimbang, pada momen Ramadan, harganya adalah harga-harga tradisi.

“Sehingga meskipun stok ada tapi mesti harus naik karena itu permainan di tingkat pasar. Hal ini sangat susah untuk dikendalikan meskipun produksinya kita ada bahkan surplus, tetap naik harganya. rata-rata surplus kami itu diambil ke Madura melalui pelabuhan Banyuwangi  karena surplusnya juga tidak terlalu banyak,” imbuh alumni UMM Malang itu.

Sedangkan populasi ayam potong, menurut Razak, di Banyuwangi saat ini diperkirakan ada sekitar 4-5 juta dengan produksi 8.640 ton. Sementara  kebutuhan masyarakat  kurang lebih 8.300 ton,  sehingga ada surplus kurang lebih 340 ton.

“Tetapi ayam potong ini juga sensitif. Artinya ayam potong ini masanya relatif pendek dengan tingkat fluktuasi harganya tinggi. Sehingga untuk ayam potong ini antara Banyuwangi, Jember Situbondo, atau Sekar Kijang itu kompak saling isi. Jadi, ketika Banyuwangi kurang, Jember masuk. Jember kurang, Banyuwangi masuk,” jelas dia.

Lebih lanjut dia menambahkan produksi ayam potong ini pada dasarnya dikendalikan oleh para mitra, bukan para peternak. Sehingga pemerintah merasa susah dalam mengantisipasi keluar masuknya ayam potong di Jawa Timur (Jatim). Hal tersebut terjadi karena mitra tertentu itu markasnya ada di Jember tapi operasinya ada di Banyuwangi.

Baca Juga  Ingin Kuku Terlihat Sehat dan Bersih, Cukup Lakukan dengan 2 Kutek Warna Ini

Menurut Razak, berdasarkan data yang ada, stok untuk Ramadan dan Idul Fitri yang akan datang diperkirakan cukup karena antara kabupaten satu dengan yang lain saling men-support.

Sementara peta penyebaran ternak ayam di Banyuwangi tidak ada sentra peternakan karena Banyuwangi bukan sentra peternakan, tetapi daerah yang menjadi sentra pertanian.

Adapun populasi ternak ayam yang terbesar untuk ayam petelur ada di Kecamatan Gambiran dan Songgon yang dijalankan peternak kecil dengan kapasitas 2.000 ekor ke bawah.Sedangkan ayam potong itu menyebar rata di seluruh kecamatan di  Banyuwangi kecuali Kecamatan Banyuwangi kota.

Razak menambahkan pemerintah berharap dengan berlalunya pandemi, para peternak tetap semangat. Pemerintah berupaya hadir mendampingi para peternak .”Sehingga di tahun ini kami mempunyai program pendampingan usaha peternakan baik ayam petelur maupun pedaging. Sebab, hal ini terkait dengan penekanan inflasi di Kabupaten Banyuwangi,” imbuhnya.

Tahun 2022 lalu pemerintah membantu membangun kendang untuk men-support para peternak, memberikan bibit ternak, dan juga pakan ternak. “Untuk tahun ini juga ada bantuan pakan khusus peternak kecil di bawah 2.000 ekor supaya mereka bangkit kembali dalam usaha peternakan ayam petelur dan pedaging di Banyuwangi,” pungkas Abdurrazak.