INDONESIAONLINE – Riset memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas keilmuan di perguruan tinggi. Karena itu, kalangan kampus gencar mengadakan riset, termasuk riset skala internasional seperti yang dilakukan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.

Tim riset UIN Maliki Malang baru-baru ini melakukan penelitian tentang moderasi beragama di Radboud University, Belanda. Tim peneliti UIN diketuai Dr Mohammad Mahpur MSi dengan  anggota Jamilah MA, Devi Pramitha MPdI, dan Alitha Natriezia SE.

Ketua tim peneliti Dr Mohammad Mahpur MSi mengatakan,  penelitian ini merupakan implementasi dari Tri Dharma Peguruan Tinggi sekaligus mendukung program International Recognition and Reputation University UIN Maliki Malang melalui riset.

Baca Juga  Rektor UIN Malang Beber Deretan Prestasi Kampus di Wisuda Periode V

Menurut Mahpur, Radboud University memiliki kebijakan yang sangat menjunjung tinggi toleransi. Kebijakan kampus, baik itu manajerial maupun akademik, memfasilitasi semua keperluan dan kebutuhan mahasiswa tanpa memandang agama yang dianutnya.

“Radboud University juga memiliki code of conduct atau kode etik berperilaku yang mempromosikan respect to each other, social safety not only in religion but in another aspect,” jelasnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang moderasi beragama dan bagaimana hal ini diartikulasikan di negara yang cenderung dianggap sekuler seperti Belamda.

Di sisi lain, moderasi beragama menjadi bagian dari moderasi itu sendiri. Hal ini ditekankan oleh pendeta dan koordinator tempat beribadah bagi semua agama di Radboud University, Fr Joseph Geelen. Wujud nyatanya adalah sikap dan praktik untuk respons kepada orang lain dan menjamin kebebasan bersuara maupun dengan pilihannya.

Baca Juga  Ini 7 Jurusan Terfavorit di UIN Malang melalui Seleksi Prestasi 

Kemudian, salah satu professor emeritus di Radboud University, Prof Frans J.S. Wijsen, mengatakan bahwa sebelumnya Radboud University didirikan dengan nama Universitas Katolik. Misi awalnya adalah untuk mempromosikan emansipasi umat Katolik di Belanda. “Namun semakin berkembang, saat ini kampus ini terbuka untuk agama apa pun, tak terkecuali Islam,” ungkapnya. (as/hel)