INDONESIAONLINE – Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (FITK UIN Maliki) Malang mengukuhkan sebanyak 396 guru profesional batch 1 tahun 2022 Program Studi (Prodi) Pendidikan Profesi Guru yang dinyatakan lulus uji kompetensi pendidikan profesi guru (PPG), Kamis (8/9/2022), di Hotel Ijen Suite.

Dekan FITK UIN Malang Dr H Nur Ali MPd menyampaikan, bahwa tingkat kelulusan PPG UIN Maliki Malang menjadi yang terbaik daripada lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) lainnya. Hal ini tentunya merupakan kerja sama dari berbagai pihak, utamanya para tim dosen dan segenap civitas UIN Maliki Malang.

“Ini kesuksesan kita bersama. Karena mulai dari mapping kompetensi. Jadi, mapping awal yang lulus hanya 10 persen, tapi pelatihan yang bagus dan upaya kerja keras, dihasil akhirnya yang lulus 97,79 persen,” ungkapnya.

Setelah melakukan mapping dengan hasil yang sebelumnya kurang memuaskan, tim kemudian melakukan bedah kisi-kisi. Setelah itu kemudian dilakukan langkah pencarian untuk bagaimana memahami materi yang ada.

“Kalau gurunya itu lulus, maka akan meningkatkan motivasi. Sehingga hal itu juga meningkatkan semangat untuk pembelajaran yang menghasilkan generasi berkualitas,” ucapnya.

Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr M Zainuddin MA menambahkan, amanah undang-undang, semua guru harus profesional. Profesional ini artinya memiliki empat kompetensi, yakni pedagogi, etik, serta kepribadian, sosial dan lrofesional itu sendiri.

“Guru harus menjadi contoh baik baik bagi masyarakat, bagi peserta didiknya maupun lingkungan. Oleh karena itu, gerak-gerik, tindakan maupun ucapan harus baik. Karena bapak ibu,” jelasnya.

Untuk itu, pihaknya berpesan, agar penyelenggara PPG tetap menjaga amanah dengan sebaik-baiknya. Sebab, jika amanah telah dipegang dengan baik, maka keadaan pendidikan akan lebih baik dan lebih banyak menghasilkan guru profesional.

Lebih lanjut, tantangan maupun tanggung jawab para guru ke depan sangat berat. Terlebih lagi dalam mendidik maupun mengembangkan dunia pendidikan. Terlebih lagi, seperti yang diketahui, taraf kemampuan membaca peserta didik disini masih jauh dengan peserta didik di luar negeri.

 

“Ini menjadi problem. Apalagi kata Sri Mulyani (menteri keuangan) kitab butuh waktu 45 tahun untuk mengejar itu. Tingkat pendidikan secara keseluruhan membutuhkan waktu 70 tahun. Sementara bonus demografi di Indonesia 2045 anak-anak kita akan jadi pemimpin. Ini tanggungj jawab bersama, guru, orang tua untuk mempersiapkan generasi emas,” paparnya.

Dalam pendidikan yang juga penting adalah memberikan bekal karakter. Generasi yang eksi tentunya memiliki dua kompetensi, yakni akademis dan kepribadian. Maka 4 kompetensi yang dijelaskan sebelumnya harus benar-benar diperhatikan oleh para pendidik.

“Di era 4.0 zero, problem durasi atau waktu mendidik putra putri. 8 jam untuk waktu istirahat, selebihnya untuk tanggung jawab kita bersama dalam mendidik. Sementara para anak-anak hidup di masyarakat sudah hampir tak ada waktu. Ini juga menjadi problem,” terangnya.