INDONESIAONLINE  – Fenomena equinox akan muncul di Indonesia. Kabar itu kali pertama muncul ditulis oleh akun X @zakiberkata atau Georitmus.

2 hari menuju fenomena equinox. Gerak semu Matahari tepat di Khatulistiwa,” tulis akun @zakiberkata pada Senin, 18 Maret.

Dalam narasi itu juga dijelaskan bahwa fenomena tersebut bisa berdampak terhadap peningkatan suhu panas di Indonesia.

Merespons informasi tersebut, Sub-Koordinator Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwi Rini Endra Sari membenarkan bahwa fenomena equinox akan terjadi di Indonesia pada Kamis besok (21/3).

Fenomena equinox secara periode berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu tanggal 21 Maret 2024 dan 23 September 2024,” kata Dwi Rini, Rabu (20/3).

Lantas apa saja dampak fenomena equinox di Indonesia? Pakar iklim lingkungan dari Fakultas Geografi UGM Emilya Nurjani menyebutkan bahwa equinox merupakan fenomena yang rutin terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Dalam satu tahun, Indonesia mengalami dua kali equinox, yakni pada vernal equinox pada 21 Maret dan autumnal equinox 23 September.

Equinox merupakan fenomena iklim normal, bukan sesuatu yang meresahkan. Hal ini berbeda dengan gelombang panas yang terjadi di Afrika,” ujar Emy, dikutip laman resmi UGM, Rabu (20/3).

Baca Juga  HPN 2022: PWI Tuban Kunjungi di Masjid Al Alam Kendari

Equinox merupakan kondisi yang terjadi saat matahari berada persis di atas garis khatulistiwa atau equator. Ketika fenomena ini berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh bagian bumi relatif sama.

Saat matahari berada di titik nol equator, maka panjang siang dan malam sama yaitu 12 jam,” kata Emy.

Fenomena ini, disebutkan Emy, memang akan menimbulkan peningkatan suhu udara di Indonesia. Namun demikian, tidak akan mengakibatkan kenaikan suhu secara drastis. Suhu rata-rata di Indonesia di hari-hari biasa berkisar antara 26-36 derajat Celcius.

Ketika terjadi equinox suhu akan mengalami kenaikan tapi tidak drastis, suhu maksimal antara 33-34 derajat Celcius. Suhu tertinggi yang pernah tercatat adalah 36 derajat Celcius terjadi di Jawa Timur beberapa tahun lalu,” paparnya.

Oleh sebab itu, Emylia mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik dan resah dengan berbagai kabar yang beredar tentang kenaikan suhu yang drastis akibat equinox. Namun, dia menyarankan masyarakat untuk tetap mengantisipasi adanya kenaikan suhu yang akan terjadi agar tidak berdampak pada kesehatan.

Di sisi lain, ahli gizi dari Fakultas Kedokteran UGM Dr dr Emy Huriyati MKes mengatakan masyarakat perlu melakukan langkah antisipasi menghadapi suhu udara yang meningkat. Pasalnya, cuaca panas dapat memicu terjadinya dehidrasi.

Baca Juga  34 Napi Lapas Kelas I Malang Wisuda Pengajar Metode Ummi, Siap Jadi Ustaz

Banyak minum minimal 8 gelas sehari atau disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jika sering terpapar panas makan asupan cairan harus ditingkatkan supaya tidak dehidrasi,” urainya.

Untuk memenuhi kebutuhan cairan saat puasa 8 gelas sehari, maka kamu bisa coba menerapkan pola 2-4-2. Yakni 2 gelas saat buka puasa, 4 gelas saat malam hari, dan 2 gelas saat sahur.

Apabila tidak diantisipasi, kekurangan cairan dalam tubuh dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga rentan terhadap penyakit. Dehidrasi berisiko mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi pada tubuh, seperti radang tenggorokan, infeksi kandung kemih, dan lainnya.

Karenanya, penting menjaga kesehatan dengan menjaga pola gizi seimbang untuk mempertahankan daya tahan tubuh,” ujarnya.

Menurut Emy, tubuh perlu beradaptasi menyesuaikan berbagai perubahan lingkungan. Tidak hanya terhadap cuaca panas, tetapi juga saat cuaca dingin. Saat lingkungan berubah maka manusia pun perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Yang terpenting menjaga asupan makanan, seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, serta vitamin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan pola hidup sehat,” pungkas Emy. (bin/hel)