INDONESIAONLINE – Kabupaten Blitar menghadapi tantangan serius dengan lonjakan kasus Tuberkulosis (TBC) yang mengkhawatirkan. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa selama periode Januari hingga Mei 2024, tercatat 591 kasus TBC baru.
Dari jumlah tersebut, 30 orang telah meninggal dunia, sementara 46 di antaranya adalah anak-anak. “Kondisi ini sangat mengkhawatirkan,” kata Eko Wahyudi dari Subko Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Blitar, Kamis (19/6/2024).
Menurut Eko Wahyudi, mayoritas penderita TBC di Kabupaten Blitar adalah lansia. “Penderita terbanyak berusia di atas 65 tahun dengan jumlah mencapai 141 orang, diikuti kelompok usia 55-65 tahun dengan 120 kasus,” ungkapnya.
Kelompok usia 45-54 tahun menempati urutan ketiga dengan 110 kasus. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar pun mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mereka sendiri.
“Jika batuk tidak kunjung sembuh, sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit,” pesan Eko Wahyudi.
Dia menjelaskan bahwa pengobatan TBC memerlukan waktu 6 hingga 8 bulan tergantung pada tingkat keparahan penyakit, dengan syarat minum obat secara teratur hingga sembuh total.
Meskipun angka kematian terkait TBC memprihatinkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar memastikan bahwa semua kasus yang terdeteksi telah mendapatkan penanganan medis yang tepat. “Penderita TBC yang terdaftar sudah menjalani pengobatan yang disesuaikan dan terstruktur,” tambahnya.
Sementara itu, masyarakat Kabupaten Blitar diharapkan lebih peka terhadap gejala yang mungkin mengindikasikan TBC. Langkah pencegahan ditekankan agar potensi penyebaran penyakit ini dapat ditekan seminimal mungkin.
“Kami terus mengedukasi masyarakat agar lebih sadar terhadap kondisi kesehatan mereka sendiri,” tutup Eko Wahyudi.
Situasi ini menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat akan kesehatan pernapasan mereka, serta peran sistem kesehatan dalam mendeteksi, mendiagnosis, dan mengelola kasus TBC dengan efektif. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak kesehatan menjadi kunci utama untuk mengurangi dampak dan memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga Kabupaten Blitar (ar/dnv).