INDONESIAONLINE – Debat calon wakil presiden (cawapres) tadi malam khususnya penampilan Gibran Rakabuming Raka, jadi pantauan dari Analis komunikasi politik sekaligus akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) Dr Verdy Firmantoro.
Ia menyebut karakteristik anak muda dari cawapres Gibran muncul saat momen debat cawapres berhadapan dengan Abdul Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD.
Pria yang akrab disapa Verdy ini menyampaikan, di awal debat cawapres yang merupakan segmen penyampaian visi misi dan program kerja, masing-masing cawapres memberikan pemaparan secara normatif dan tanpa saling menyindir satu sama lain.
Namun, memasuki segmen berikutnya, masing-masing cawapres mulai beradu argumen dan saling sanggah mengenai penyampaian argumen terkait tema debat cawapres yakni “Ekonomi (ekonomi kerakyatan dan ekonomi digital), Keuangan, Investasi Pajak, Perdagangan, Pengelolaan APBN-APBD, Infrastruktur dan Perkotaan”.
Verdy mengungkapkan bahwa debat cawapres mulai memanas ketika Mahfud mulai mengawali serangan kepada Cak Imin -sapaan akrab Abdul Muhaimin Iskandar.
“Seperti menyanggah penyampaian jawaban Cak Imin perihal investasi dan proses perizinan yang lama, termasuk realisasi pembangunan 40 kota yang akan dibangun seperti Jakarta. Prof Mahfud cukup memantik untuk serangan awal,” ujar Verdy.
Lalu dalam debat yang mulai menghangat tersebut, Gibran hadir dengan sentilan-sentilan kepada Cak Imin maupun Mahfud MD untuk menyesuaikan atmosfer dalam debat cawapres tersebut.
“Dalam konteks mengingatkan Cak Imin terkait IKN, itu menjadi serangan balik yang menarik bagi Gibran,” kata Verdy.
Pihaknya menyebut bahwa Gibran memiliki kuncian dari masing-masing cawapres.
Pasalnya, Mahfud saat ini masih menjabat sebagai menteri koordinator politik, hukum dan keamanan (menkopolhukam) RI. Kemudian kader PKB yang di bawah kepemimpinan Cak Imin seperti Abdul Halim Iskandar dam Ida Fauziyah masih berada di dalam kabinet Presiden RI Joko Widodo sebagai seorang menteri.
“Gibran punya kunciannya. Artinya ketika paslon-paslon yang lain menjadi bagian dari pemerintahan saat ini, artinya mereka tidak bisa melakukan oposisi total. Itu yang menjadi border atau batasan bagi pasangan lain untuk menyerang balik Gibran,” ungkap Verdy.
Disinggung mengenai keberanian Gibran dalam melakukan sentilan ataupun serangan kepada Cak Imin maupun Mahfud, menurut Verdy hal itu merupakan karakteristik anak muda yang kental pada sosok Gibran.
“Ketika Pak Prabowo di debat pertama diserang dan memberikan argumen balik, Gibran kan antusias dan menyemarakkan publik agar bersorak. Itu karakteristik anak mudanya keluar,” jelas Verdy.
Menurut dia, anak muda identik dengan keterbukaan terhadap cara berpikir dan mudah terbawa dengan suasana. Alhasil, hal itu muncul pada saat debat pertama maupun kedua dengan sosok yang disorot, yakni Gibran.
“Keberanian itu muncul saya kira mungkin karena selama ini Mas Gibran jarang berkomentar dan tadi itu forum yang difasilitasi sangat terbuka. Hal-hal yang unik artinya dalam konteks keberanian-keberanian ala anak muda itu muncul dari yang disampaikan Gibran,” pungkas Verdy.