INDONESIAONLINE – Banjir besar melanda ibu kota Israel, Tel Aviv, dan wilayah sekitarnya akibat curah hujan yang tiada henti, Minggu (15/10/2023). Situasi ini memaksa operasi militer darat Israel di Jalur Gaza ditunda.

Melansir Latesly, ibu kota Israel dan sekitarnya itu sedang bergulat dengan banjir besar yang dipicu hujan lebat. Banjir besar telah mengakibatkan genangan air yang meluas di seluruh Kota Tel Aviv.

Video yang beredar di media sosial menggambarkan mobil-mobil tampak berada di jalan-jalan yang terendam banjir. Terlihat juga banjir yang menggenangi Tel Aviv dan sekitarnya cukup luas. Kondisi cuaca buruk itu telah mengganggu operasi militer strategis di tengah perang Israel versus Hamas yang sedang berlangsung.

Salah satu video yang diunggah di X (Twitter) @miixms_ memperlihatkan salah satu mobil terendam di jalanan ibu kota Israel. “Operasi militer darat Israel di Jalur Gaza telah ditunda karena hujan, The New York Times melaporkan. Video tersebut memperlihatkan banjir di Herzliya antara Tel Aviv dan Netanya,” tulis pengunggah.

Hal serupa juga disampaikan akun X @TinAlerts yang mengunggah video banjir di jalanan Tel Aviv dan sekitarnya. “Banjir besar dilaporkan terjadi di sekitar Tel Aviv, Israel setelah hujan lebat mengguyur daerah tersebut. Operasi militer darat Israel di Jalur Gaza telah ditunda karena cuaca buruk,” tulisnya.

Baca Juga  207 Jiwa Melayang dalam 24 Jam Terakhir, Korban Tewas di Gaza Tembus 22.000

Dinarasikan pula, kondisi itu mengingatkan umat Muslim akan Perang Parit atau dikenal juga sebagai Perang Al-Khandaq di zaman Nabi Muhammad SAW.

Perang terjadi pada tahun 627 M di sekitar Madinah. Kala itu, umat Muslim yang dipimpin  Nabi Muhammad menghadapi ancaman serius dari pasukan gabungan suku-suku Arab Quraisy dan suku-suku Yahudi di daerah tersebut.

Melihat ancaman datang, Nabi Muhammad bersama para sahabatnya mengambil tindakan pencegahan dengan menggali parit di sekitar Madinah. Ide untuk menggali parit datang dari Salman Al-Farisi, seorang sahabat cerdik Nabi Muhammad yang berasal dari Persia.

Salman mengusulkan agar umat Muslim menggali parit di akses masuk Madinah untuk melindungi kota dari serangan pasukan musuh yang jauh lebih besar. Sahabat pun mulai menggali parit.

Saat pasukan musuh tiba di Madinah, mereka terkejut melihat parit panjang yang telah digali oleh umat Muslim. Kuda pun tak bisa melompatinya. Parit tersebut mempersulit gerakan pasukan musuh dan memberi keunggulan taktis kepada umat Muslim.

Baca Juga  Israel Serang Tepi Barat Palestina, 6 Orang Tewas

Bersamaan dengan kondisi itu, cuaca Madinah juga sangat dingin hingga membuat pasukan musuh sulit bertahan. Pasukan Muslim tak merasakan hawa dingin itu. Hanya pasukan musuh yang terempas oleh sapuan angin hingga perkemahan yang dibangun berantakan.

Kondisi udara yang dingin memberikan keuntungan tambahan kepada pasukan Muslim karena musuh kesulitan untuk berkemah dan bertempur dalam kondisi cuaca yang sangat buruk.

Selama beberapa minggu, pasukan musuh terjebak di luar parit, tidak mampu menembus pertahanan yang kuat yang telah dibangun oleh umat Muslim.

Keberhasilan itu tak bisa terwujud tanpa campur tangan Tuhan. Pasukan musuh yang sebelumnya yakin bisa menghancurkan Madinah terpaksa pulang dengan rasa malu.

Perang Parit bukan hanya mencerminkan kebijaksanaan taktis Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, tetapi juga menunjukkan pentingnya kerja sama, keberanian, dan keberlanjutan perjuangan dalam mempertahankan Islam.  Kemenangan itu juga memberi keyakinan bahwa manusia hanya bisa berencana, tapi yang menentukan adalah Allah SWT. (bin/hel)