Festival Lahar Polo Pendem dan Ketahanan Pangan Desa

INDONESIAONLINE – Festival Lahar Polo Pendem digelar warga Desa Kandangan, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim). Festival tersebut merupakan bagian Program Pemajuan Kebudayaan Desa dan rangkaian even Galang Gerak Budaya Tapal Kuda.

Festival Lahar Polo Pendem sesuai namanya memiliki tujuan besar dari program ketahanan pangan yang digaungkan pemerintah. Sehingga festival yang  diselenggarakan pada 14-15 November 2023 lalu tak hanya  berupa kegiatan kesenian belaka.

Di festival terdapat kegiatan workshop pengolahan polo pendem sebagai makanan alternatif pengganti beras, pasar jajanan tradisional, dan tentunya pentas seni dan arak-arakan jolen.

Penggunaan redaksi polo pendem diambil dari bahasa Jawa yang maknanya adalah tumbuhan yang memiliki buah di dalam tanah (terpendam/pendem) atau disebut juga umbi-umbian seperti : singkong, ketela rambat, talas, kacang tanah, dan masih banyak jenis lainnya.

Tema polo pendem ini diambil dengan tujuan agar masyarakat luas mengetahui banyaknya tanaman selain padi yang tumbuh di desa-desa yang ada di wilayah Lumajang sebagai bahan pengganti beras dan makanan olahan yang bernilai ekonomis tinggi.

Baca Juga  Idolakan Prabowo dan Ibas, Kaesang dan Gibran Bikin Heboh

Tema ini juga ditujukan untuk mengenalkan kepada generasi muda dan pelajar masa kini agar mengetahui tentang keragaman manfaat tanaman yang ada di masing-masing desa. Festival Lahar Polo pendem ini adalah salah satu bentuk dari dari komitmen Desa Kandangan dalam hal ketahanan pangan.

Ketahanan pangan merupakan unsur penting untuk memobilisasi segenap pemikiran, ide dan gagasan pemajuan kebudayaan desa untuk menjawab masalah global krisis pangan.

Dengan menciptakan sisten pangan lokal yang antisipatif dapat dilakukan dengan mengembangkan keanekaragaman pangan lokal tidak hanya padi tetapi juga pangan alternatif seperti sagu, jagung, singkong, talas, ubi jalar dan lain-lain.

Pangan lokal memiliki peran dalam memperkuat daya tahan produksi pangan nasional. Secara alamiah pangan lokal sudah beradaptasi dengan karakteristik sumber daya alam dan sosial budaya Masyarakat di desa.

Mengingat desa adalah jantung Kebudayaan Indonesia, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memprakarsai program Pemajuan Kebudayaan Desa sejak 2021 hingga saat ini.

Baca Juga  Kejahatan Digital Meningkat, Polri akan Bentuk Sembilan Direktorat Siber

Di tahun ketiga ini, Program Pemajuan kebudayaan Desa difokuskan pada tahap pemanfaatan potensi desa yang erat kaitannya dengan ketahanan pangan.

Di wilayah tapal kuda Jawa Timur, fasilitasi diberikan kepada desa-desa yang memiliki komitmen dalam hal ketahanan pangan yaitu Desa Kandangan di Kabupaten Lumajang, Desa Klungkung di Kabupaten Jember, Desa Bugemen di Kabupeten Situbondo, dan Desa Kemiren di Kabupaten Banyuwangi.

Selain itu, di tahun 2023 ini Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan akan memfasilitasi sebanyak 230 desa di seluruh Indonesia untuk melaksanakan penyusunan DPKD (Dokumen Pemajuan Kebudayaan Desa) sebagai acuan bagi desa dalam melaksanakan pembangunan desa yang bersinambungan, khususnya di bidang kebudayaan.

Dengan budaya, warga desa tidak sekadar membuat “tontonan” atau menjadi penyedia jasa bagi wisatawan yang datang, akan tetapi juga menjadi subjek pemilik pengetahuan, adat, dan budaya yang hidup dan berkelanjutan.

Desa menjadi daya tarik sosio-kultural dan peluang ekonomi dengan memberdayakan potensi yang dimilikinya sehingga dapat mengangkat nilai sosial dan meningkatkan kesejahteraan bagi warganya.