Marcel Breton gagal merebut kembali 1,2 juta dolar Kanada yang dikubur di rumahnya. Pengadilan Ontario memutuskan uang itu hasil kejahatan meski ia bebas dakwaan.
INDONESIAONLINE – Marcel Breton, seorang pria asal Thunder Bay, Ontario, Kanada harus menelan pil pahit setelah Pengadilan Banding Ontario menolak upayanya untuk mendapatkan kembali uang tunai senilai lebih dari 1,2 juta dollar Kanada (setara Rp 14 miliar).
Putusan yang diketok pada Senin (17/11/2025) tersebut menetapkan bahwa mayoritas uang yang ditemukan terkubur di propertinya tetap menjadi hak pemerintah, meskipun Breton sebelumnya telah dibebaskan dari dakwaan kriminal terkait.
Sengketa hukum ini menjadi sorotan tajam karena memperlihatkan sisi kompleks dari undang-undang penyitaan aset sipil, di mana seseorang bisa dinyatakan tidak bersalah secara pidana namun asetnya tetap dirampas negara jika tidak bisa membuktikan asal-usul dana yang sah.
Kronologi Penemuan Harta Terpendam
Insiden bermula dari operasi kepolisian pada 1 Desember 2009. Saat itu, aparat mendatangi kediaman Breton di pinggiran Thunder Bay dengan tujuan awal mencari senjata api ilegal. Namun, penggeledahan justru mengungkap temuan yang jauh lebih besar.
Selain menemukan narkotika jenis kokain, ekstasi, dan ganja, polisi mendapati tumpukan uang tunai dalam jumlah fantastis yang disembunyikan dengan cara tidak lazim. Uang sebesar 15.000 dollar Kanada ditemukan di saluran pemanas, sementara 1,2 juta dollar Kanada lainnya tersimpan dalam wadah karet yang ditanam di bawah lantai garasi.
Meski Breton sempat didakwa atas kepemilikan hasil kejahatan, ia berhasil memenangkan sidang pidana. Pengadilan membatalkan dakwaan tersebut dengan alasan prosedur penggeledahan yang dilakukan polisi saat itu dinilai tidak sah secara hukum. Namun, kemenangan di ranah pidana tidak otomatis menyelamatkan asetnya di pengadilan perdata.
Indikasi Hasil Kejahatan
Dalam putusan terbarunya, panel hakim Pengadilan Banding menguatkan keputusan hakim sebelumnya, Bruce Fitzpatrick, yang mencurigai asal-usul uang tersebut. Hakim menyoroti bahwa uang tunai itu didominasi oleh pecahan 20 dollar Kanada, denominasi yang kerap diasosiasikan dengan transaksi narkoba jalanan.
Fakta memberatkan lainnya adalah rekam jejak keuangan Breton. Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa Breton tidak pernah melaporkan pendapatan apa pun ke Badan Pendapatan Kanada sepanjang periode 2001 hingga 2008.
“Menyimpan uang dalam jumlah sebesar itu di dalam bak plastik yang dikubur di bawah properti adalah tindakan yang sangat tidak lazim,” bunyi pertimbangan pengadilan.
Argumen Breton bahwa uang tersebut berasal dari kemenangan lotere, kasino, dan bengkel mobil miliknya ditolak karena kurangnya bukti pendukung.
Perspektif Pakar Hukum
Kasus ini memicu perdebatan di kalangan akademisi hukum mengenai beban pembuktian. Michelle Gallant, profesor hukum dari Universitas Manitoba, menegaskan bahwa dalam kasus penyitaan sipil, beban pembuktian sering kali bergeser kepada pemilik aset.
“Sumber sah apa yang mengharuskan uang dimasukkan ke dalam tong lalu dikubur? Setidaknya jika di bank, Anda akan mendapatkan bunga,” ujar Gallant mengomentari logika pengadilan.
Senada dengan Gallant, Sanaa Ahmed dari Universitas Calgary menyebut kasus ini sebagai contoh bagaimana pengadilan dapat “menghukum” terdakwa melalui penyitaan aset ketika jalur pidana gagal.
“Pengadilan sering mencari cara membenarkan penyitaan uang meski terdakwa sudah dibebaskan,” ungkapnya kepada media.
Meski kehilangan mayoritas hartanya, Breton tidak pulang dengan tangan hampa sepenuhnya. Pengadilan mengizinkannya menyimpan kembali uang senilai 15.000 dollar Kanada yang ditemukan di ventilasi rumah, karena hakim menilai masih ada kemungkinan uang dalam jumlah kecil tersebut diperoleh secara legal.
