INDONESIAONLINE – Nabi Muhammad SAW pernah memiliki seorang istri dari kaum Yahudi. Wanita yang diperistri Nabi Muhammad SAW ini adalah Syafiyyah binti Huhay.

Syafiyyah berasal dari Suku Bani Nadir, putri Huyay bin Akhtab dan Barrah binti Samaual. Ayahnya merupakan pemimpin Bani Nadhir, salah satu kaum Yahudi.

Siapa Syafiyyah?

Syafiyyah merupakan sosok yang sejak kecil rajin membaca dan mempelajari sejarah serta ilmu pengetahuan. Dari kitab Taurat, Syafiyyah mengetahui bahwa akan datang seorang nabi dari jazirah Arab yang menjadi penutup seluruh nabi.

Syafiyyah pun meyakini kebenaran akan datangnya nabi yang akan menyebarkan agama Islam di Mekkah. Meski begitu, ia merasa heran dengan kaumnya yang lain, justru tidak mempercayai hal tersebut.

Bahkan ayah dari Syafiyyah juga tidak meyakini itu dan menentang dakwah Rasulullah SAW.

Sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, Syafiyyah telah menikah sebanyak dua kali. Namun dari dua pernikahannya itu kandas. Syafiyyah pertama menikah dengan pria Yahudi dari Bani Quraizhah bernama Salam bin Misykam al-Qurazhi. Pernikahan itu kemudian berakhir dengan perceraian.

Baca Juga  Merapikan Alis bagi Muslimah, Bolehkah menurut Hukum Islam?

Kemudian pada pernikahan kedua, Syafiyyah menikah dengan pria Yahudi dari Bani Nadhir bernama Kinanah bin Rabi’ bin Abi Huqaiq an-Nadhiri. Namun, saat terjadi  perang Khaibar, suami Syafiyyah yang ikut perang terbunuh, sehingga ia menjadi janda kedua kalinya.

Di sisi lain, Perang Khaibar terjadi pada 628 M. Saat itu kaum Bani Nadhir menyerang kaum Muslimin. Namun, berkat pertolongan Allah SWT, kaum muslimin selamat dan mampu mengalahkan kaum Yahudi itu.

Kaum Muslim kemudian mendapatkan harta rampasan perang, termasuk menjadikan kaum Yahudi wanita sebagai tawanan perang. Dan diantara tawanan itu, salah satunya adalah Syafiyyah.

Setelah perang Khaibar usai, Syafiyyah menjadi budak Dhiyah al-Kalabi. Kemudian Rasulluah SAW membeli Syafiyyah serta memberikannya dua pilihan. Pilihan pertama, Syafiyyah diberikan kemerdekaan dan dikembalikan ke kaumnya.

Pilihan kedua, Syafiyyah dimerdekakan dan dinikahi oleh Rasulullah SAW tapi harus masuk Islam. Mendapatkan pilihan itu, Syafiyyah kemudian akhirnya memilih masuk Islam dan dinikahi Rasulullah dengan mahar berupa pembebasan statusnya dari budak. Saat dinikahi oleh Rasulullah SAW, usia Syafiyyah saat itu 17 tahun.

Baca Juga  Hindari Bergadang, Rasulullah Tak Menyukainya 

Menikah dengan Rasulullah SAW, Syafiyyah sempat tidak disukai oleh para Istri Rasulullah SAW maupun kaum muslimah lainnya. Hal ini lantaran Syafiyyah merupakan anak keturunan kaum Yahudi yang  jahat dan kejam. Meski begitu, pernikahan itu tetap berlangsung.

Ketertarikan Syafiyyah pada Islam sejatinya telah lama, bahkan sejak kedatangan Rasulullah SAW di Madinah. Bahkan, Syafiyyah sempat bertetangga dengan Rasulullah SAW sebelum akhirnya kaum Bani Nadhir diusir dari kampung halamannya. Ketertarikan Syafiyyah pada Islam dulu harus tertahan karena Syafiyyah takut kepada sang ayah. Sebab, sang ayah sangat membenci Rasulullah SAW.

Ketika Rasulullah SAW meninggal, Syafiyyah yang awalnya tidak disukai istri Rasulullah dan kaum muslimah lain, merasa terasingkan. Masa lalu Syafiyyah sebagai keturunan Yahudi terus diungkit. Namun, hal tersebut tidak membuatnya goyah. Syafiyyah tetap pada keimanannya dan melanjutkan dakwah Rasulullah SAW (as/dnv).