INDONESIAONLINE – Daftra 50 kopi terbaik dunia sudah dirilis TasteAtlas. Terdapat tiga jenis kopi di Indonesia yang masuk dalam 50 kopi terbaik di dunia.

Dalam situs resmi TasteAtlas, peringkat makanan didasarkan pada peringkat audiens TasteAtlas. Hidangan makanan tersebut telah melalui serangkaian mekanisme yang telah dipilih oleh manusia dan bukan bot.

Selain itu, mekanisme pemeringkatan juga didasarkan pada sudut pandang makanan lokal. Hal ini juga menjadi nilai tambah dari makanan tersebut.

Pemeringkatan TasteAtlas juga tidak boleh dilihat sebagai kesimpulan akhir dari hidangan terbaik dunia. Sebab, tujuan pemeringkatan ini adalah untuk mempromosikan makanan lokal sehingga menjadi unggul, menanamkan kebanggaan terhadap hidangan tradisional, dan membangkitkan rasa ingin tahu terhadap hidangan yang belum pernah dicoba.

Di peringkat 21 kopi terbaik di dunia, ada kopi tubruk dari Indonesia. Menurut keterangan TasteAtlas, kopi tubruk adalah kopi terpopuler di Indonesia yang kental dan kaya rasa. Cara menyajikan kopi ini, yakni bisa melakukan persiapan sederhana. Seperti menyiapkan air mendidih atau panas dicampur dengan kopi bubuk halus atau sedang.

Kopi dan air mendidih tersebut kemudian diaduk hingga tercampur rata. Lalu didiamkan selama beberapa menit hingga bubuk kopi mengendap di dasar cangkir.

Baca Juga  Job Manggung Mengalir Lagi, Pedangdut di Tulungagung Bahagia

Meski gula bersifat opsional, kebanyakan orang memilih untuk mempermanis kopi tubruk ini dengan mencampurkan gula sebelum ditambahkan air. Cara penyiapan ini diyakini diperkenalkan oleh para pedagang dari Timur Tengah karena cara pembuatan dan kopinya sangat mirip dengan kopi Turki (Yunani).

Di Indonesia, kopi tubruk biasanya diseduh di rumah, namun juga banyak dijual oleh warung atau kedai kopi khusus (warkop atau warung kopi).

Di peringkat 22 kopi terbaik di dunia ada kopi luwak dari Indonesia.  Kopi luwak Indonesia sering disebut-sebut sebagai kopi termahal di dunia. Terbuat dari biji kopi yang dicerna dan dikeluarkan oleh musang (luwak)—mamalia mirip kucing yang berasal dari Asia Tenggara—sebelum dicuci, digiling, dan dipanggang.

Dipercaya bahwa ketika biji kopi melewati saluran pencernaan hewan, biji kopi akan kehilangan astringency-nya, yang membuat kopi menjadi lebih lembut, halus, dan tidak terlalu pahit. Kopi ini diduga ditemukan pada abad ke-19 pada masa pemerintahan kolonial Belanda ketika petani setempat dilarang memanen kopi untuk keperluan pribadi.

Mereka secara tidak sengaja menemukan bahwa tetesan luwak mengandung biji kopi yang belum tercerna, yang kemudian mereka gunakan untuk menyeduh kopi. Meskipun kopi luwak saat ini menjadi populer di dunia, namun banyak yang menentang perdagangan kopi luwak karena hampir tidak mungkin mendapatkan kacang dari hewan liar.

Baca Juga  Kopi Gajah hingga Monyet, Ini Deretan Kopi Unik dan Termahal

Sebagian besar produsen mengurung hewan tersebut di dalam kandang, dan dalam beberapa kasus, musang dicekok paksa makan. Kondisi ini sering menimbulkan kekhawatiran terhadap hak-hak hewan dan masa depan populasi musang.

Meskipun kopi luwak memiliki banyak penikmati, namun ada juga yang berpendapat bahwa hype tersebut tidak dapat dibenarkan dan harganya—yang bisa mencapai harga USD 80 per cangkir—tidak masuk akal.

Selanjutnya di peringkat ke 42, ada kopi Joss dari Yogyakarta, Indonesia. Menurut penjelasan TasteAtlas, yang membuat kopi ini unik adalah adanya tambahan arang bakar yang ditambahkan langsung ke dalam secangkir kopi yang diseduh. Penambahan arang diyakini memiliki manfaat kesehatan, dan banyak juga yang menemukan bahwa pembakaran arang menetralkan keasaman dan memberikan rasa karamel yang halus pada minuman.

Minuman kopi Joss diduga pertama muncul pada tahun 1960-an di pedagang kaki lima setempat. Saat ini, beberapa pedagang kopi yang sebagian besar berlokasi di kawasan wisata Yogyakarta menyiapkan dan menjual kopi khas ini.

Menariknya, nama Joss diyakini berasal dari bunyi onomatopoeik yang muncul saat arang yang terbakar dijatuhkan ke dalam gelas kaca. (bin/hel)