INDONESIAONLINE – Nama Samurai identik dengan Negara Jepang. Ya, Samurai merupakan perwira militer kelas elit pada masa praindustri di Jepang.

Sebagai Samurai yang bekerja untuk majikan atau tuan tanah kerap disebut dengan Daimyo. Sedangkan Samurai yang tidak memiliki majikan disebut dengan Ronin.

Jepang sendiri dikenal sebagai negara dengan agama Shinto. Pemeluk agama Islam di Jepang memang masih sangat sedikit hingga saat ini. Bisa disebut muslim di Jepang adalah kaum minoritas. 

Hal itulah yang dialami oleh salah satu Samurai di Jepang bernama Ryoichi Umar atau setelah masuk islam dikenal sebagai Haji Umar Ryoichi Mita.

Ryoichi Mita lahir pada 19 Desember 1892 di kota Chofu, Yamaguchi, Jepang. Ia dilahirkan di lingkungan keluarga Samurai yang ada di Prefektur Yamaguchi.

Setelah lulus dari Yamaguchi Commercial College pada Maret 1916, Mita pergi ke Tiongkok untuk belajar bahasa Mandarin. Di Tiongkok, Ia kerap berhubungan dengan beberapa Muslim Tiongkok. Hingga akhirnya Ia menyukai cara hidup Tiongkok muslim. 

Baca Juga  File Wedding Organizer Siap Wujudkan Dream Wedding Tanpa Ribet dan Dapatkan Promonya

Pada 1920, Mita menulis sebuah artikel “Islam in China” di sebuah majalah terkenal di Jepang. Kemudian, pada 1921 ia bertemu dengan Haji Omer Yamaoka, Muslim Jepang pertama yang menunaikan ibadah haji pada 1909.

Setelah berinteraksi cukup lama dengan lingkungan orang-orang muslim, akhirnya Mita memeluk agama Islam secara resmi pada 1941. Ia menerima nama tambahan Umar yang disematkan di awal namanya untuk menumbuhkan jiwa semangat islaminya.

Di usia 60 tahun, Mita memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk belajar Islam dan bahasa Arab. Setelah kematian mendadak Sadiq Imaizumi, presiden pertama Asosiasi Muslim Jepang (JMA) pada tahun 1960, Mita terpilih sebagai presiden kedua.

Selama masa jabatannya, ia menulis beberapa buku islam. Termasuk buku berjudul “Memahami Islam” dan “Pengantar Islam.”

Baca Juga  Unik, Campurkan Air dan Foundation dengan Hand Mixer, Hasilnya Bikin Geleng Kepala

Mita juga menerjemahkan buku Maulana Muhammad Zakaria, seorang cendekiawan Muslim dari Asia Selatan yang bertajuk Hayat-e-Sahaba (Life of the Companions) dalam bahasa Jepang.

Mita juga dikenal sebagai penerjemah Al Wuran pertama ke dalam bahasa Jepang. Pada 1970, Ia menyerahkan naskah terjemahan pertamanya yang direvisi kepada Liga Dunia Muslim di Mekkah.

Setelah diperiksa oleh komite ulama selama enam bulan, terjemahan itu akhirnya dicetak oleh Takumi Kobo Printing Company Hiroshima. Akhirnya, pada 10 Juni 1972, pencetakan terjemahan Al Quran dalam bahasa Jepang selesai setelah 12 tahun bekerja keras. 

Sebelumnya, memang sudah ada Al Quran dengan terjemahan bahasa Jepang. Namun Al Quran itu diterjemahkan oleh orang-orang Jepang Non Muslim. Sehingga Mita-lah yang dikenal sebagai penerjemah Al Quran pertama dalam bahasa Jepang.