INDONESIAONLINE – Leptospirosis atau penyakit yang disebabkan akibat kencing tikus mulai mewabah di Jawa Timur. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr Erwin Astha Triyono mengatakan penyakit itu sudah terdeteksi seperti Pacitan, Pasuruan, hingga Probolinggo. Salah satu daerah yang paling terdampak ialah Kabupaten Pacitan.

Berdasarkan data sementara yang diterima Dinas Kesehatan Jatim, di Pacitan terdapat 133 orang dinyatakan positif Leptospirosis.

“Pacitan yang terbanyak,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr Erwin Astha Triyono saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, dikutip dari cnnIndonesia, Selasa (7/3).

Masyarakat Jatim diminta waspada akibat wabah tersebut. Total kasus Leptospirosis atau penyakit yang disebabkan kencing tikus di Jawa Timur, kini telah menginfeksi 249 orang. Sembilan di antaranya meninggal dunia.

Erwin mengatakan dari seluruh kasus leptospirosis yang pernah terjadi sebanyak 90 persen di antaranya bergejala ringan. 10 persen lainnya bergejala berat.

“90 persen itu leptospirosis ringan. Hampir sama dengan gejala-gejala flu lainnya. Tetapi 10 persen lainnya itu bisa menjadi berat,” katanya.

Baca Juga  Berapa Besaran Biaya Langganan Layanan Streaming Orang Indonesia? Lihat Hasil Surveinya 

Selanjutnya, Erwin mengatakan jika muncul keluhan gangguan kencing, gangguan nafas, muntah dan mata merah, masyarakat diminta untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit.

“Jadi kalau ada keluhan-keluhan kuning, gangguan kencing, gangguan nafas sudah dimulai kemungkinannya leptospirosis. Sehingga ketemu lebih dini diharapkan penanganannya jauh lebih baik lagi,” katanya.

Erwin juga mengatakan leptospirosis akan rentan menjangkit di musim hujan. Dan di daerah-daerah yang kumuh dimana di situ tempat terbaik untuk perkembangbiakan tikus.

“Dan kita tahu bahwa leptospirosis ini memang endemi di dalam tubuhnya tikus, khususnya di daerah ginjal dan saluran kencing,” katanya.

Adapun masyarkat yang mudah sekali terjangkit ialah pekerja yang berkontak dengan air. Seperti pekerja kebersihan, pekerja konstruksi dan petani.

“Yang paling mungkin adalah yang punya riwayat pekerjaan yang kontak dengan air-air yang tercemar. Makanya tadi saya bilang tukang sampah, petani, itu kan kakinya sering luka enggak pakai sepatu bot misalkan, itu rentan sekali tertular,” ujarnya.

Baca Juga  Canangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional, Begini Pesan Bupati Gresik

Oleh karenanya, Dinkes Jatim terus mensosialisasikan agar masyarakat sadar dan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

“Kami sudah memberikan arahan dalam tanda kutip pola hidup bersih dan sehat, tetapi kalau masyarakat belum tertarik untuk melaksanakan ya kita kesulitan juga,” katanya.

Sementara, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan jika Leptospirosis hampir mirip dengan DBD. Meski begitu, keduanya sangat berbeda. Khofifah menjelaskan Leptospirosis bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh bakteri Leptospira.

Penyakit ini bisa menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengkontaminasi lingkungan terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa.

Hewan yang terinfeksi bakteri ini tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini bisa juga menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urin hewan terinfeksi.

“Diketahui, hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya, tetapi tikus merupakan penyebab utamanya,” ujarnya.