Perjalanan Nitisemito Raja Kretek Kudus

INDONESIAONLINE – Nitisemito Raja Kretek Kudus lahir 1863. Nama aslinya Roesdi. Ayahnya Haji Soelaiman adalah lurah di Desa Janggalan, Kudus. Sedang ibunya Markanah seorang ibu rumah tangga.

Nama Nitisemito adalah legenda bagi masyarakat Kudus dan tentunya sejarah kretek di Indonesia saat itu. Kretek tjap Bal Tiga jadi primadona rokok dizamannya. Kretek ini dilahirkan di pabrik Kretek Cigaretten Fabriek M Nitisemito Koedoes, miliknya.

Roko buatan Nitisemito raja kretek Kudus ini tak hanya sukses di wilayahnya saja, tapi juga ke penjuru Hindia Belanda. Tercatat, produksi kretek Tiga Bal mencapai 2-3 juta batang per hari, di tahun 1930-1934.

Nitisemito juga mampu mempekerjakan sekitar 10 ribu orang di pabriknya di tahun 1938. Dari pabriknya itu 10 juta batang rokok per hari bisa diproduksi.

Saking terkenal Nitiseminto, namanya diabadikan menjadi sebuah jalan di kawasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus.

Perjalanan Nitiseminto

Kesuksesan yang diraihnya tidak datang begitu saja. Berbagai upaya yang dilakukan Nitiseminto muda saat itu selalu berujung gagal.

Ia pernah menjadi pedagang kerbau dan minyak kelapa. Bangkrut. Kemudian beralih menjadi kusir dokar sembari menjual tembakau. Usahanya ini pun belum terlihat menguntungkan.

Baca Juga  Birokratisasi Picu Runtuhnya Kerajaan-Kerajaan di Madura oleh Belanda

Berbagai daerah pun pernah ia datangi untuk berwirausaha. Malang dan Mojokerto, Jawa Timur pernah jadi daerah yang ia tempati saat berusia 19 tahun.

Pada 1894, Nitisemito bertemu dengan Nasilah. Perempuan cantik pembuat rokok klobot yang kelak jadi istrinya. Dari pertemuan itu tercetusnya ide untuk menjual rokok buatan sendiri yang bahan rajangan tembakau, cengkeh, dan dibungkus dengan daun jagung.

Nitisemito lalu menjajakan rokok produksinya ke warung-warung. Awalnya Nitisemito memberikan merek rokoknya dengan nama seadanya seperti Tjap Kodok Mangan Ulo (Kodok Makan Ular) hingga Tjap Djeroek.

Lalu pada 1905, Nitisemito memberikan logo bulatan tiga tanpa nama. Hingga akhirnya dirinya memilih nama Tjap Bal Tiga.

Nitisemito memasarkan produk rokoknya dengan cara memasang iklan di surat kabar hingga grup sandiwara. Bahkan, Nitisemito pernah menyewa pesawat Fokker seharga 150-200 gulden untuk mempromosikan dagangannya ke Bandung dan Jakarta.

Fase Kehancuran Nitiseminto

Kesuksesan dan kejayaan telah diraih Nitiseminto. Ujian terberat berikutnya adalah mempertahankan dan mengembangkan pabrik rokoknya saat dirinya mulai uzur.

Baca Juga  Teko dan Gelas Blirik: Simbol Perlawanan Petani

Nitisemito pun memahami hal itu. Ia menyiapkan seorang pegawai berbakatnya bernama M Karmani. Karmani bahkan rencananya akan dinikahkan dengan putri keduanya.

Sayangnya, kisah klasik internal keluarga juga terjadi. Kecemburuan membakar di keluarga Nitiseminto. Karmani difitnah dan dituduh melakukan penggelapan pajak perusahaan.

Walau akhirnya tidak terbukti di pengadilan, kasus ini membuat Karmani sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Jepang yang masuk Hindia Belanda semakin membuat perusahaan rokok Nitiseminto terpuruk. Jepang menyita pabrik milik Nitiseminto. Walau Jepang di tahun 1944-1945 menyuruh Nitisemito membuka kembali pabriknya. Namun hal itu tidak bertahan lama, pabrik milik Nitisemito kembali tutup.

Lalu pada 1953, Nitisemito meninggal dunia dan mewariskan pabriknya kepada anak-anaknya. Namun sejak 1962 setelah kepergian ayahnya itu, putra-putranya yang mencoba menghidupkan kembali pabrik ayahnya itu tak pernah berhasil hingga saat ini. Pabrik yang pernah meroket pada masanya itu terpaksa harus tutup secara permanen (ina/dnv).