*dd nana veno

-Aduh di tubuh nikmat yang rapuh-

Kita bentur-benturkan tubuh

Terciptalah irama. Rasa hangat yang akrab.

Meninabobokan letih

pada kelembutan paling rahasia

Yang disembunyikan tuhan.

Sebelum sang ular dititahkan untuk menyingkapnya.

Sejarah pun mengalir sesuai rencana

yang lama telah diterakan pada kulit langit.

Kita akhirnya belajar tentang cara mengaduh yang benar.

Melunakkan derak dalam sapuan bibir dahaga.

Atas segala yang masih saja disembunyikan tuhan pada raga

-Belum sampaikah, sayang? –

Aku melenguh menahan sesak.

Kau berpeluh mencipta taman bermain yang pernah diimpikan.

Di luar,  matahari mulai memecahkan cahayanya.

-tak pernah aku sampai pada nikmat itu. Aduh kita masih rapuh saja-

Baca Juga  Kuncup Agustus

Kau usap air mata itu.

 

-Sebut cinta saja-

Tapi, aku masih lelaki pejalan

Yang haus mengumpulkan bayang-bayang

di setiap peristiwa.

tapi percayalah, langkahku akan kembali

di pintu rumahmu juga.

-sebut saja cinta. sebelum aku menua

dan kau semakin tersesat

di persimpangan jalan yang semakin biak di kota ini-

Tapi, aku masih lelaki pejalan, sayang.

 

*pecinta kopi pait