*dd nana veno

-Senja yang Sama

Kita duduk di beranda, Menatap langit senja, Menikmati secangkir kopi, dan berbincang tentang hal-hal sederhana.

Kau bilang, Jangan mengingat masa lalu, Jangan memikirkan cinta, Mari kita nikmati saja momen ini.

Aku setuju, Karena aku tahu, Raga kita semakin senja, Dan waktu kita semakin terbatas.

Langit senja berwarna tembaga, Serupa aksara-aksara letih di sebuah buku tua, Menceritakan kisah kehidupan yang telah berlalu.

Hanya secangkir kopi yang membuat kita masih terjaga, Untuk bersetia duduk di beranda, Dan menatap senja yang entah keberapa.

Adzan maghrib berkumandang, Menandakan akhir dari senja, Tapi kita tidak beranjak, Kami masih mengulang kisah yang sama.

Baca Juga  Puisi Kukila

– Rindu yang Keparat

Rindu tak cukup hanya diberi kata, Ia keparat yang menyalak, Tegak di puing air mata.

Hanya bagi mereka yang tabah, Menelan sunyi, Rindu bisa ditaklukkan.

Tapi ia akan kembali, Meminta-minta lekuk dan relung, Tubuh kekasihnya. Rahim dari segala suka cita, Dan hening yang menentramkan.

*penikmat kopi pait dan tukang wingko