Tren bertanam kian tahun semakin meningkat. Pandemi yang terjadi pada tahun 2020 menjadi pemantik tren bertanam. Berdasarkan Data Google Trends terjadi peningkatakan yang signifikan pada bulan Mei hingga Juli 2020 berkaitan dengan cara menanam.

Dengan sedikit lahan di teras maupun balkon pada apartemen, kini masyarakat modern sudah bisa turut serta dalam memerdekakan ketahanan pangan di Indonesia. Kebutuhan untuk bahan dapur juga bisa sedikit terpenuhi dengan menanam sayuran di depan rumah.

Maraknya trend petani rumahan ini membuat masyarakat semakin berminat untuk mulai ikut bertanam. Permintaan akan adanya platform belajar urban farming tentu menjadi semakin bertambah seiring dengan pandemi yang berkelanjutan.

Tanduria.co merupakan Platform Urban Farming di Indonesia yang berfokus pada edukasi bertanam bagi para petani rumahan. Selain edukasi, Tanduria juga menyediakan peralatan berkebun pada toko retail mereka.

Platform dengan hampir 140 ribu pengikut di instagram ini (@tanduria.co) memberikan konsultasi gratis berkaitan dengan cara menanam di rumah bagi pengikutnya.

Selain memberikan konsultasi gratis lewat media sosialnya, tanduria.co juga menyediakan kelas online tentang bertanam secara lengkap lewat aplikasi berbasis website. Kelas Online berkebun bersama tanduria.co ini sudah memiliki lebih dari 1300 peserta.

Baca Juga  Meriahkan HUT RI ke-77, PT Cakra Guna Cipta Gelar Lomba untuk Karyawan

Tanduria mengusung konsep bertanam dengan ceria, baik pada cara penyampaian materi yang lebih sederhana, serta metodologi bertanam yang mendukung perbaikan lahan tanam secara organik.

Mengajak jutaan masyarakat Indonesia untuk mulai menanam organik dan menyuburkan kembali tanah agraris Indonesia adalah impian dari para Tandurians.

Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Borobudur, Jakarta, Fetty Dwi R, mengungkapkan ada beberapa kelebihan urban farming dibanding pertanian konvensional. Apa saja kelebihan urban farming? .

1. Hemat biaya
Urban farming atau pertanian perkotaan tidak membutuhkan lahan luas. Metode ini bisa diterapkan di lahan sempit di perkotaan sehingga tidak membutuhkan modal besar. Ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memerlukan lahan luas sehingga juga membutuhkan modal besar.

2. Ramah lingkungan
Urban farming atau pertanian perkotaan dikenal lebih ramah lingkungan karena dapat menggunakan sampah rumah tangga. Misalnya dengan memanfaatkan barang bekas seperti kaleng, pipa bekas, ember plastik yang tidak terpakai sebagai wadah (reuse) atau pot saat bercocok tanam.

Baca Juga  Munas Brionesia Kedua Sukses Digelar, Wujudkan Komunitas yang Solid dan Positif

Selain itu, sampah dapur dan sampah pekarangan juga dapat dimanfaatkan dengan diolah menjadi pupuk organik. Ini menjadi keunggulan ekologis dari urban farming dibanding pertanian konvensional.

3. Dapat menambah estetika
Selain sumber pangan, tanaman yang ditanam dengan metode urban farming juga dapat berfungsi untuk mempercantik pekarangan rumah. Ini tak lepas dari kerapian dalam penataan tanaman.

4. Menghasilkan produk yang sehat
Hasil produksi urban farming lebih sehat karena minim dalam penggunaan bahan kimia. Minimnya penggunaan bahan kimia karena ukuran media yang digunakan tidak terlalu besar dan luasan lahan yang relatif sempit sehingga penggunaan bahan kimia menjadi lebih sedikit. Berbeda dengan pertanian konvensional yang luas sehingga secara intensif menggunakan bahan kimia untuk perawatan tanaman. (Istihanah Soejoethi)

Melansir dari Bright Side (2021), 7 dari 10 milenial yang mengikuti survei mengatakan bahwa mereka lebih menyukai merawat tanaman daripada anak-anak. Merawat tanaman menyadarkan milenial ini pada krisis iklim yang semakin memburuk. Tentunya, merawat tanaman tidak dapat dibandingkan dengan merawat anak.