INDONESIAONLINE – Izin penggunaan vaksin Covid19 untuk anak usia 6 bulan hingga 4 tahun akhirnya dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI). 

Detilnya, BPOM memberikan izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (UEA) untuk vaksin comirnaty children (5-11 tahun) pada 29 November lalu. Sementara untuk UEA vaksin comirnaty children (6 bulan sampai 4 tahun) pada 11 Desember lalu. 

Dibolehkannya vaksin Comirnaty Children ini menambah pilihan vaksinasi primer untuk anak dengan rentang usia 6 bulan sampai kurang dari 12 tahun, selain vaksin Sinovac / Coronavac. 

“Vaksin ini membantu pemenuhan terhadap kebutuhan vaksin COVID-19 serta keterbatasan jenis vaksin yang dapat digunakan untuk populasi anak saat ini,” terang Kepala BPOM Penny K. lukito, dikutip Detikcom pada Rabu (28/12/2022). 

Vaksin Comirnaty Children merupakan vaksin Covid19 dengan platform mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech. 

“Vaksin ini memiliki formulasi dan kekuatan yang berbeda dengan vaksin Comirnaty untuk remaja dan dewasa, sehingga vaksin Comirnaty Children tidak bisa digunakan untuk usia 12 tahun ke atas,” jelasnya. 

Baca Juga  Harapkan Pemerintah Tidak Tebang Pilih Dalam Menertibkan Klinik Layanan Rapid Test

Dosis vaksin COVID-19 Pfizer untuk kelompok usia 6 bulan hingga 4 tahun diberikan dalam 3 dosis. Dua dosis pertama diberikan dalam rentang waktu 3 minggu, diikuti dengan dosis ketiga yang diberikan setidaknya 8 minggu setelah dosis kedua.

“Sementara dosis vaksin comirnaty anak untuk usia 5-11 tahun untuk vaksinasi primer adalah 10 mcg/0,2 mL, diberikan dalam 2 dosis dengan rentang waktu 3 minggu antara dosis pertama dan kedua,” paparnya. 

BPOM melaporkan bahwa berdasarkan hasil studi vaksin, efek samping pada anak-anak kelompok usia 6 bulan sampai kurang dari 5 tahun secara umum adalah intensitas ringan hingga sedang.

Hasil studi menunjukkan, sebanyak 0,2 persen anak usia 6 bulan hingga kurang 2 tahun mengalami efek samping pembengkakan atau pembesaran kelenjar getah bening. Lalu, hal serupa juga terjadi di 0,1 persen kalangan usia 2 tahun hingga kurang dari 5 tahun.

Efek samping yang dialami kelompok anak usia 5 tahun sampai kurang dari 12 tahun menjadi perhatian khusus. Terutama yang berupa reaksi angioedema (pembengkakan disertai kemerahan) pada 1,2 persen subjek kelompok vaksin dan 0,8 persen subjek kelompok plasebo.

Baca Juga  Ricky Rizal Divonis 13 Tahun Penjara Dalam Kasus Pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat

Selain itu, dilaporkan 13 kasus lymphadenopathy (0,9 persen subjek) pada kelompok vaksin dan 1 kasus pada kelompok plasebo. Profil keamanan ini dinyatakan serupa dengan laporan Adverse Event of Special Interest (AESI) pada kelompok usia di atas 12 tahun.

Sementara itu, Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyambut baik terbitnya izin penggunaan darurat atau EUA vaksin Covid 19 jenis Pfizer buat anak usia 6 bulan hingga 11 tahun. 

Menurut Dicky, Indonesia sudah tertinggal jauh dalam hal vaksinasi anak dari negara lain. Padahal dasar ilmiah pemberian vaksin untuk anak 6 bulan hingga 11 tahun sudah cukup kuat. 

Dia mencontohkan beberapa negara tetangga, seperti Kamboja sudah sejak lama memberikan vaksinasi untuk anak-anak. 

Mengingat anak adalah satu kelompok rentan terpapar virus covid19, Dicky juga meminta agar pemberian vaksin primer pada anak segera dilakukan. Ke depan, perlu peran orang tua dan pihak-pihak terkait untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi anak usia 6 bulan sampai 11 tahun.